Anjrahweb.com – Beberapa hari terakhir, saya kembali menerima pertanyaan yang cukup familiar di telinga saya, terutama dari teman-teman pebisnis pemula. “Mas, berapa biaya untuk pembuatan website?”
Kalau hanya melihat sekilas, pertanyaan ini tampak sederhana.
Tapi dalam dunia nyata, tidak sesederhana itu.
Justru inilah jenis pertanyaan yang jawabannya bisa menyesatkan kalau disampaikan terlalu buru-buru, tanpa pemahaman yang menyeluruh terlebih dahulu.
Karena pada titik tertentu, saya merasa lebih penting untuk mengajak yang bertanya berpikir ulang—bukan untuk menghindar dari menjawab, tapi untuk memastikan mereka paham apa sebenarnya yang mereka butuhkan.
“Saya tidak langsung jawab harganya berapa. Saya biasanya balik tanya dulu: kamu bikin website ini buat apa? Butuhnya seperti apa?”— Ujar Coach Anjrah
Mengapa saya begitu hati-hati menjawab?
Karena banyak orang masih punya ekspektasi yang keliru tentang fungsi dan peran website dalam bisnis digital.
Mereka pikir, website itu seperti mesin uang otomatis. Padahal tidak.
Bahkan bisa jadi jebakan yang bikin kecewa kalau dari awal mindset-nya tidak diluruskan.
Harapan Tinggi yang Datang dari Iklan Bombastis
Kita hidup di era di mana iklan-iklan di media sosial sangat meyakinkan.
- “Bikin website = closing terus,”
- “Website akan banjiri kamu dengan klien,”
- “Punya website, omzet naik drastis.”
Ya, semua itu kedengarannya menarik. Tapi sayangnya, seringkali tidak realistis.
“Banyak orang terlalu overexpected. Baru bikin website, berharap langsung dapat orderan banyak. Padahal, website itu bukan mesin sulap.” — Ujar Coach Anjrah
Dan ekspektasi berlebihan ini bisa jadi bumerang.
Karena ketika harapan tidak terpenuhi, kecewa yang muncul.
Lalu siapa yang disalahkan?
Bukan dirinya yang tidak paham digital marketing, tapi orang yang bantu buatkan website.
Padahal dari awal, website itu hanyalah salah satu instrumen.
Ia seperti etalase toko.
Sebagus apa pun tampilannya, tanpa orang lewat, tanpa promosi, tanpa konten yang menggerakkan… tidak akan terjadi penjualan.
Analoginya: Website Itu Ibarat Membangun Ruko
Agar lebih mudah dicerna, saya sering menganalogikan membangun website itu seperti mendirikan ruko.
Kita bisa buat ruko yang bagus, bersih, rapi, bahkan mengundang—tapi kalau tidak ada orang tahu bahwa ruko itu ada, bagaimana bisa terjadi transaksi?
“Membangun website itu ibaratnya baru membangun ruko. Sebagus apa pun rukonya, tanpa marketing yang tepat, tak akan ada pengunjung.”— Ujar Coach Anjrah
Dan ruko ini pun punya banyak versi.
Ada yang sekadar kios kecil pinggir jalan, ada yang mall, ada yang ruko dua lantai full marmer.
Maka harga pun tidak bisa disamaratakan.
Ada website yang cukup 15 ribu per bulan untuk hosting-nya, ada juga yang butuh budget jutaan rupiah tergantung kompleksitas sistemnya.
Tapi bukan berarti yang murah selalu jelek, dan yang mahal pasti berkualitas.
Yang terpenting adalah apakah sesuai dengan kebutuhan?
Website 3 Juta Loading 20 Detik? Jangan Sampai Itu Terjadi
Satu kejadian yang masih saya ingat dengan jelas.
Beberapa waktu lalu, ada seseorang yang konsultasi dan mengatakan bahwa dia sudah membuat website seharga tiga juta rupiah.
Saya penasaran, lalu saya coba akses websitenya.
Tapi apa yang terjadi?
Loadingnya butuh 20 detik lebih… dan itu pun hanya tampilan putih kosong.
“Saya klik websitenya, tunggu 20 detik, masih putih. Saya pikir mungkin sinyal saya yang jelek. Tapi setelah saya minta teman-teman lain coba, tetap sama. Websitenya tidak muncul sama sekali.”— Ujar Coach Anjrah
Itulah salah satu contoh kenapa kita tidak bisa hanya mengukur dari angka harga.
Website tiga juta bisa sangat bagus kalau dibangun dengan benar.
Tapi juga bisa sangat mengecewakan kalau dikerjakan asal-asalan.
Karena itu, setiap ada yang bertanya berapa biaya untuk pembuatan website, saya selalu pastikan dulu:
- butuhnya seperti apa
- fiturnya sejauh mana, dan
- apakah dia benar-benar paham cara mengelolanya
Menjawab Pertanyaan Besar: Berapa Biaya untuk Pembuatan Website?
Jawabannya:
relatif.
Tidak bisa dibuat patokan tunggal.
Website company profile yang hanya menampilkan informasi bisnis secara statis, bisa jadi hanya perlu satu juta per tahun.
Sudah cukup bagus, bahkan mobile-friendly.
Tapi kalau yang dibutuhkan adalah sistem keanggotaan, halaman dinamis, dashboard user, hingga integrasi dengan API pihak ketiga—budgetnya bisa 5–10 juta, bahkan lebih.
“Saya selalu tanya dulu. Butuhnya untuk komunitas? Harus bisa login? Perlu integrasi ke Amazon SES? Atau cukup untuk menampilkan profil saja?”— Ujar Coach Anjrah
Semua ini wajib didiskusikan sebelum bicara harga.
Karena kalau tidak, yang terjadi adalah miskomunikasi.
Penyedia jasa merasa sudah memberi terbaik, tapi klien kecewa karena merasa tidak sesuai ekspektasi.
Website Itu Bukan Segalanya. Sudah Siap Traffic Belum?
Satu kesalahan fatal dari banyak pemilik website baru adalah:
tidak tahu cara mendatangkan traffic.
Mereka kira, begitu websitenya jadi, pengunjung akan berdatangan.
Tapi kenyataannya? Website mereka sepi. Tak satu pun yang masuk.
Lalu mereka bingung dan bertanya, “Salah di mana ya?”
“Saya tanya balik, kamu sudah punya akun sosmed belum? Sudah mulai bikin konten belum? Jangan berharap website ramai kalau buat konten saja belum bisa.”— Ujar Coach Anjrah
Tanpa promosi, website tak ubahnya brosur yang ditaruh di laci. Butuh ilmu pemasaran.
Minimal, tahu cara membangun konten sosial media. Lebih lanjut, bisa belajar SEO, meta ads, Google Ads, atau email marketing.
Penutup: Jangan Mulai dari Angka, Mulailah dari Pemahaman
Jadi, jika Anda bertanya
berapa biaya untuk pembuatan website,
saya akan jawab:
Tergantung.
Tergantung Anda mau bikin rumah tipe apa, di lokasi mana, dan untuk tujuan apa.
Bukan karena saya pelit kasih harga.
Tapi karena saya ingin website Anda benar-benar bermanfaat, bukan sekadar proyek sekali jadi.
“Saya pernah merasa menyesal. Website sudah saya buatkan bagus-bagus, tapi pemiliknya tidak bisa manfaatkan. Rasanya sayang banget.”— Ujar Coach Anjrah
Website itu investasi.
Tapi hanya berfungsi kalau kita tahu cara mengelolanya.
Ingin Bertanya Lebih Lanjut?
Jika Anda masih bingung
berapa biaya untuk pembuatan website
yang sesuai dengan kebutuhan Anda, atau ingin bertanya sebelum memutuskan, saya terbuka untuk berdiskusi.
Silakan tinggalin komentar di bawah.
Saya percaya, edukasi sebelum transaksi itu penting—supaya kita semua senang dan puas dalam jangka panjang.
Artikel ini ditulis oleh Coach Anjrah Ari Susanto, S.Psi., praktisi digital marketing dan pembuat website edukatif untuk UKM, komunitas, dan pebisnis online.
No comment yet, add your voice below!