Anjrahweb.com – Banyak yang bertanya, “Cara Menjual Produk Dengan Harga Mahal Itu Gimana?”. Kuncinya kuasai aspek Willingness To Pay dari target marketmu.
Apa itu Willingness To Pay?
Laporan ini menyajikan analisis mendalam tentang kesediaan konsumen untuk membayar lebih, sebuah metrik krusial dalam lanskap bisnis modern.
Temuan utama menunjukkan bahwa meskipun kekhawatiran akan harga tetap ada, sebagian besar konsumen bersedia mengeluarkan biaya tambahan untuk nilai yang melampaui sekadar harga rendah.
Nilai ini terwujud dalam pengalaman pelanggan yang unggul, produk dan layanan yang dipersonalisasi, praktik merek yang etis, dan solusi efektif untuk masalah spesifik yang mereka hadapi.
Secara kuantitatif, riset ini mengungkapkan peluang signifikan bagi bisnis.
Misalnya, hingga 16% konsumen bersedia membayar lebih untuk pengalaman pelanggan berkualitas, dan 61% bersedia mengeluarkan lebih banyak untuk pengalaman yang disesuaikan.
Lebih dari setengah konsumen bersedia membayar premium rata-rata 5% untuk kenyamanan, dan sekitar 60% bersedia membayar lebih untuk produk yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Selain itu, 75% pelanggan bersedia membayar lebih untuk layanan yang sangat baik dan respons cepat.
Pergeseran dari pasar yang berpusat pada harga ke pasar yang berpusat pada nilai ini merupakan keharusan strategis.
Bisnis didesak untuk mengkalibrasi ulang strategi mereka di sekitar peningkatan proposisi nilai pelanggan, bukan hanya bersaing pada biaya.
Lanskap Nilai Konsumen dan Kesediaan untuk Membayar yang Berkembang
Kesediaan untuk Membayar (Willingness To Pay) adalah konsep fundamental dalam riset organisasi industri modern dan strategi bisnis.
Ini didefinisikan sebagai harga maksimum yang bersedia dibayar konsumen untuk suatu produk atau layanan, mencerminkan penilaian subjektif, pendapatan yang tersedia, manfaat yang dirasakan, dan alternatif yang tersedia di pasar.
Memahami WTP sangat penting untuk menetapkan harga yang optimal, menyelaraskan nilai produk dengan harapan pelanggan, mengidentifikasi peluang segmentasi pasar, dan memandu desain produk berdasarkan kebutuhan konsumen.
Lanskap konsumen saat ini menunjukkan pergeseran yang jelas dari fokus murni pada harga ke pendekatan yang lebih cermat.
Konsumen tidak lagi hanya mencari harga terendah; mereka semakin beralih ke merek yang menawarkan “nilai lebih untuk harga”.
Pergeseran ini menuntut bisnis untuk memahami berbagai pendorong WTP yang kompleks, yang melampaui pertimbangan biaya dasar.
Laporan ini akan secara komprehensif membahas berbagai aspek yang memengaruhi WTP konsumen, termasuk pengalaman pelanggan, atribut produk, resolusi masalah, dan variasi demografi.
Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman holistik tentang bagaimana bisnis dapat memanfaatkan pendorong ini untuk mengoptimalkan strategi penetapan harga dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.
Satu, Kesediaan Konsumen untuk Membayar Lebih untuk Pengalaman dan Layanan Pelanggan yang Ditingkatkan
a. Premium untuk Pengalaman Pelanggan (CX) Berkualitas
Riset menunjukkan bahwa pengalaman pelanggan yang berkualitas bukan hanya “hal yang menyenangkan untuk dimiliki” tetapi merupakan pendorong pendapatan yang signifikan. Sebuah studi PwC, yang melibatkan 15.000 responden global, menemukan bahwa konsumen di seluruh dunia bersedia membayar premium harga hingga 16% untuk produk dan layanan yang menawarkan pengalaman pelanggan (CX) berkualitas. Ini menggarisbawahi insentif finansial yang kuat bagi bisnis untuk memprioritaskan CX.
Beberapa atribut CX spesifik secara langsung mendorong kesediaan ini untuk membayar lebih. Misalnya, 42% konsumen akan membayar lebih untuk pengalaman yang ramah dan menyenangkan, sementara 52% konsumen akan membayar lebih untuk pengalaman pelanggan yang cepat dan efisien. Harapan akan kecepatan dan efisiensi ini sangat tinggi, dengan 80% konsumen menempatkannya di urutan teratas daftar harapan mereka. Selain itu, karyawan yang berpengetahuan luas dan membantu sangat penting; 78% konsumen mengharapkan hal ini, dan 71% percaya bahwa karyawan secara signifikan memengaruhi pengalaman mereka. Kegagalan dalam hal ini dapat berakibat fatal, karena 46% konsumen akan beralih ke bisnis lain jika karyawan tidak memiliki pengetahuan untuk membantu mereka.
Pengalaman pelanggan yang positif juga merupakan fondasi loyalitas merek. 73% konsumen menyatakan bahwa pengalaman yang baik adalah kunci dalam memengaruhi loyalitas merek mereka. Sebaliknya, pengalaman yang buruk dapat menyebabkan kehilangan pelanggan yang signifikan. 60% konsumen akan berhenti berbisnis dengan perusahaan jika mereka mengalami layanan yang tidak ramah, dan yang lebih mengkhawatirkan, 32% akan meninggalkan merek yang mereka “sukai” setelah hanya satu pengalaman buruk.
Ini menunjukkan bahwa CX berfungsi sebagai pembeda kompetitif dan pendorong loyalitas. Investasi dalam CX, terutama dalam kecepatan, efisiensi, dan staf yang berpengetahuan, secara langsung mengarah pada WTP yang lebih tinggi dan loyalitas yang berkelanjutan, menjadikannya investasi strategis daripada sekadar biaya operasional. Hubungan sebab-akibatnya jelas: CX yang lebih baik menghasilkan WTP/loyalitas yang lebih tinggi, yang pada gilirannya meningkatkan pendapatan dan mengurangi churn.
b. Nilai Personalisasi dan Kustomisasi dalam Pemberian Layanan
Personalisasi telah menjadi harapan konsumen yang kuat, dan kesediaan mereka untuk membayar lebih untuk itu sangat jelas. Riset Medallia menemukan bahwa 61% konsumen bersedia mengeluarkan lebih banyak uang dengan perusahaan jika mereka menawarkan pengalaman yang disesuaikan. Namun, ada kesenjangan yang signifikan antara harapan ini dan realitas pasar. Hanya 23% konsumen yang melaporkan tingkat personalisasi yang tinggi setelah menginap di hotel baru-baru ini, dan hanya 26% yang mengatakan hal yang sama setelah interaksi ritel baru-baru ini. Kesenjangan ini mewakili peluang pendapatan yang terlewatkan secara signifikan.
Pelanggan yang menilai pengalaman personalisasi mereka tinggi (9 atau 10 pada skala 0-10) jauh lebih mungkin untuk menilai kepuasan keseluruhan mereka sangat tinggi. Perusahaan yang berfokus pada personalisasi pengalaman konsumen dapat melihat pertumbuhan pendapatan hingga 25%. Lebih lanjut, personalisasi yang didorong oleh AI secara khusus meningkatkan loyalitas pelanggan sebesar 1,5 kali dan meningkatkan tingkat konversi sebesar 8%.
Ada peluang besar bagi bisnis untuk meningkatkan personalisasi. Di sektor perhotelan, peluang terbesar untuk personalisasi adalah selama menginap itu sendiri, di mana fitur personalisasi hanya memiliki tingkat ingatan 46%. Hotel dapat meningkatkan personalisasi dengan memberi penghargaan kepada tamu berdasarkan status mereka, memungkinkan pilihan yang disesuaikan selama proses pemesanan, memberikan lebih banyak kesempatan untuk umpan balik, dan membiarkan tamu memilih saluran dukungan pilihan mereka.
Demikian pula, pengecer dapat memberikan interaksi yang lebih disesuaikan untuk pengguna aplikasi seluler, pengunjung web, anggota program loyalitas, dan pelanggan yang berinteraksi dengan tim layanan pelanggan merek. Kesenjangan personalisasi ini menunjukkan bahwa meskipun ada WTP yang tinggi, pengiriman yang sebenarnya masih rendah, menciptakan peluang substansial bagi merek yang dapat memenuhi harapan ini.
c. Ekonomi Kenyamanan: Konsumen Membayar untuk Penghematan Waktu dan Kemudahan Akses
Kenyamanan telah menjadi pendorong utama WTP konsumen, bahkan seringkali melebihi pertimbangan harga yang lebih rendah. Lebih dari setengah konsumen kemungkinan besar akan membayar lebih untuk produk atau layanan yang menawarkan tingkat kenyamanan yang substansial. Rata-rata, konsumen bersedia membayar premium 5% untuk kenyamanan.
Premium untuk kenyamanan ini bahkan lebih tinggi di antara demografi tertentu. Konsumen berusia 25-34 tahun, misalnya, bersedia membayar premium rata-rata 5,4%, dengan 21% dari kelompok ini bersedia membayar premium 9% atau lebih. Ini menunjukkan bahwa waktu telah menjadi komoditas yang sangat berharga. Bahkan di tengah inflasi dan tekanan gaji, 67% konsumen membayar untuk layanan yang menghemat waktu mereka.
Beberapa pendorong kenyamanan spesifik menonjol:
- Pengiriman Gratis: 83% konsumen mengatakan pengiriman gratis akan membuat mereka lebih mungkin untuk menyelesaikan pembelian.
- Pengiriman Cepat: 63% konsumen sangat menghargai pengiriman cepat.
- Pengiriman Bahan Makanan dan Restoran: layanan kenyamanan paling populer, masing-masing dengan 55% adopsi di seluruh populasi umum.
Adopsi layanan kenyamanan juga bervariasi berdasarkan pendapatan dan usia. Meskipun 74% rumah tangga berpenghasilan rendah (kurang dari $50.000 per tahun) hidup dari gaji ke gaji, sekitar 59% dari mereka menggunakan layanan kenyamanan seperti pengiriman bahan makanan atau restoran. Untuk rumah tangga berpenghasilan lebih tinggi (lebih dari $100.000 per tahun), persentase pengguna layanan kenyamanan melonjak menjadi 75,3%.
Konsumen yang tidak hidup dari gaji ke gaji menghabiskan rata-rata $237 per bulan untuk layanan ini, dibandingkan dengan $171 per bulan untuk konsumen yang hidup dari gaji ke gaji dengan masalah membayar tagihan.
Secara demografis, konsumen yang lebih muda adalah “pengguna” layanan kenyamanan tertinggi (lebih dari 85%), tetapi Baby Boomers juga menggunakannya (49,5%). Ini menunjukkan bahwa kenyamanan telah menjadi fenomena universal, bukan hanya untuk segmen tertentu.
Dua, Kesediaan Konsumen untuk Membayar Lebih untuk Atribut Produk dan Inovasi
a. Persepsi Harga-Kualitas: Ketika Harga Lebih Tinggi Menandakan Kualitas Lebih Tinggi
Konsumen sering menggunakan harga sebagai indikator kualitas, terutama ketika informasi tentang produk terbatas.
Pembeli lebih bersedia membayar jika mereka percaya bahwa harga yang lebih tinggi menandakan kualitas yang lebih tinggi. Persepsi ini didukung oleh kecenderungan konsumen untuk mengkonfirmasi keyakinan mereka tentang superioritas barang berharga lebih tinggi, bahkan mungkin mengabaikan informasi yang bertentangan.
Selain itu, harga yang lebih tinggi dapat menciptakan daya tarik eksklusivitas dan gengsi, menarik bagi mereka yang mencari produk premium atau mewah. Beberapa konsumen bahkan bersedia membayar premium untuk kualitas yang dirasakan lebih tinggi sebagai cara untuk mengurangi risiko melakukan pembelian yang di bawah standar. Ini berarti strategi penetapan harga yang tepat dapat memperkuat persepsi nilai dan kualitas di benak konsumen.
b. Efek Nilai Unik: Membayar untuk Eksklusivitas dan Diferensiasi
Jika pembeli menghargai atribut unik dari suatu produk, mereka akan lebih bersedia melakukan pembelian. Produk yang diposisikan sebagai eksklusif, langka, atau unik dapat meningkatkan nilai yang dirasakan dari barang tersebut dan berpotensi menyebabkan peningkatan permintaan atau kesediaan untuk membayar harga premium. Diferensiasi yang kuat, yang menyoroti fitur atau manfaat unik, dapat secara signifikan meningkatkan WTP.
c. Kebangkitan Konsumsi Berkelanjutan dan Etis: Membayar untuk Keselarasan Nilai
Konsumsi berkelanjutan dan etis telah muncul sebagai pendorong WTP yang signifikan, terutama di kalangan generasi muda. Survei McKinsey menunjukkan 60% konsumen di AS dan Inggris bersedia membayar lebih untuk produk berkelanjutan dan ramah lingkungan. Studi lain menemukan 66% konsumen bersedia membayar lebih untuk merek berkelanjutan, dengan 54% bersedia membayar premium untuk opsi berkelanjutan.
Lebih dari sekadar harga, 75% pembeli menganggap praktik etis perusahaan penting dalam keputusan pembelian mereka, dan 70% lebih suka membeli dari merek dengan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Ini menandakan pergeseran nyata di mana Milenial dan Gen Z memimpin, dengan hampir 75% Milenial bersedia membayar lebih untuk produk yang selaras dengan nilai-nilai mereka. Secara keseluruhan, 64% konsumen menempatkan keberlanjutan sebagai salah satu dari tiga pendorong nilai teratas dalam pilihan mereka.
Ini menyiratkan bahwa greenwashing atau upaya CSR yang dangkal tidak akan cukup. Merek membutuhkan transparansi tulus dalam rantai pasokan dan operasional mereka untuk membangun kepercayaan dan menangkap segmen konsumen ini, yang aktif memilih dengan dompet mereka untuk dunia yang lebih baik.
d. Kustomisasi Produk: Memenuhi Preferensi Individu
Kustomisasi produk adalah strategi kuat untuk memenuhi perbedaan preferensi konsumen. Data menunjukkan premium signifikan untuk kustomisasi di berbagai kategori: 81% bersedia membayar lebih untuk pakaian kustom, 79% untuk alas kaki kustom, 76% untuk furnitur kustom, dan 77% untuk aksesori fashion serta perhiasan kustom.
Alasannya bervariasi, termasuk keinginan memiliki produk unik, kesenangan mendesain sendiri, dan mengekspresikan kepribadian. Bahkan, 1 dari 3 konsumen yang tertarik kustomisasi merasa produk standar tidak memenuhi ekspektasi mereka, dan 48% bersedia menunggu lebih lama untuk produk kustom. Kustomisasi juga meningkatkan loyalitas, terbukti dari NPS 50% lebih tinggi pada pelanggan yang mendesain sepatu mereka sendiri dibanding pembeli standar.
e. WTP untuk Inovasi dan Konsep Baru
Studi WTP penting untuk menguji konsep produk baru, formula, atau kemasan, membantu tim inovasi memahami reaksi pasar dan menetapkan harga masuk yang tepat untuk peluncuran produk baru. Inovasi yang selaras dengan kebutuhan dan keinginan konsumen dapat secara langsung meningkatkan WTP mereka.
Tiga, Mengatasi Pain Button Konsumen: Membuka Kesediaan untuk Membayar
a. Prinsip Fundamental: Kesediaan untuk Membayar untuk Solusi
Prinsip inti bisnis menyatakan bahwa orang bersedia membayar untuk memecahkan masalah mereka. Titik nyeri pelanggan bukan hanya keluhan, melainkan indikator kebutuhan yang tidak terpenuhi. Bisnis harus proaktif mengidentifikasi titik nyeri ini dan merancang solusi yang membenarkan premium, mengubah masalah menjadi pusat profit.
b.Titik Nyeri Finansial: Mendefinisikan Ulang Nilai di Luar Harga
Contoh: Toko pisau premium memiliki pengembalian 23% karena persepsi “tidak sepadan dengan harga”. Solusi mereka bukan menurunkan harga, melainkan menambahkan akses kelas memasak online gratis selama 30 hari, meningkatkan nilai produk tanpa mengurangi harga.
c. Titik Nyeri UX: Biaya Kompleksitas dan Inkonsistensi
UX buruk terjadi saat produk sulit digunakan meski fiturnya lengkap. Contoh: checkout online rumit dengan 5 langkah membuat 78% konsumen meninggalkan keranjang. Solusi: checkout tamu dan autofill alamat, meningkatkan konversi tanpa mengubah harga.
d. Kelebihan Beban Digital dan Kesenjangan Personalisasi
71% konsumen menginginkan konten personal, namun 67% frustrasi karena tidak mendapatkannya. Ditambah, 90% konsumen menuntut respons cepat (60% mendefinisikan “segera” sebagai ≤10 menit). Layanan lambat menurunkan kepuasan dan meningkatkan churn.
Konsistensi layanan lintas channel juga penting. Pelanggan mudah kehilangan kepercayaan saat layanan di WA, email, dan IG tidak sama kualitasnya.
Empat, Pendorong Utama dan Variasi Demografi dalam WTP
a. Efek Pengeluaran dan Faktor Ekonomi
WTP dipengaruhi kondisi ekonomi. Saat resesi, WTP turun meski indikator makro stabil. Di AS Q1 2025, optimisme tetap tinggi, namun 43% konsumen khawatir harga naik sehingga melakukan trade-down: membeli produk lebih murah atau mengurangi belanja non-esensial.
b. Perbedaan Generasi
Gen Z & Milenial lebih banyak mengurangi belanja diskresioner (pakaian, elektronik). Namun, 63% Milenial berpenghasilan tinggi masih berniat splurge untuk perjalanan dan perhiasan.
Gen X fokus splurge untuk perjalanan. Baby Boomers lebih stabil, hanya 20% berniat splurge, namun mulai mengalokasikan untuk kenyamanan dan perjalanan.
c. Tingkat Pendapatan
Penghasilan rendah lebih mungkin beralih ke merek murah. Namun, bahkan 25% pencari nilai berasal dari segmen berpenghasilan >$200K, menunjukkan bahwa “value-seeking” bukan hanya perilaku berpenghasilan rendah. Untuk premium, mereka menuntut kualitas, trust, dan experience bukan sekadar murah.
Lima, Implikasi Strategis dan Rekomendasi untuk Bisnis
a. Strategi Pemasaran
Pindah dari “harga termurah” ke proposisi nilai: kualitas, kepercayaan, pengalaman superior, personalisasi, dan keberlanjutan. Komunikasi harus transparan dan relevan dengan generasi target, serta disesuaikan dengan kategori splurge mereka.
b. Peningkatan Layanan
Prioritaskan CX dan kecepatan layanan karena 75% konsumen bersedia membayar lebih untuk layanan cepat dan baik. Empower tim dengan pengetahuan mendalam dan attitude yang benar. Gunakan AI untuk personalisasi di scale besar tanpa mengurangi sentuhan manusia.
c. Pengembangan Produk
Posisikan kualitas sebagai pendorong premium. Integrasikan nilai keberlanjutan dan kustomisasi, serta gunakan riset WTP sebelum meluncurkan inovasi baru agar harga sesuai persepsi nilai pasar.
d. Penetapan Harga
Gunakan value-based pricing. Terapkan tiered pricing untuk segmen berbeda dan dinamis untuk kategori fluktuatif. Pastikan diskon atau promo menyasar value seekers dengan pesan yang menekankan worth bukan murah.
e. Mengatasi Titik Nyeri
Alih-alih menurunkan harga, tambahkan nilai yang menyelesaikan titik nyeri pelanggan. Sederhanakan UX, percepat proses, dan bangun trust dengan transparansi kebijakan data serta konsistensi layanan lintas channel.
Ringkasan, Willingness To Pay: 5 Langkah Menjual Produk Premium yang Menguntungkan
Jadi, apa alasan yang membuat orang mau membayar lebih mahal. Simak dalam tabel ringkas berikut:
Faktor | Penjelasan | Data Pendukung |
---|---|---|
1. Pengalaman Pelanggan (CX) Berkualitas | Customer bersedia membayar lebih untuk layanan cepat, ramah, efisien, dan staf berpengetahuan luas. | Hingga +16% premium; 75% bayar lebih untuk layanan cepat (Adobe, 2025) |
2. Personalisasi & Kustomisasi | Produk atau layanan yang dipersonalisasi dan disesuaikan meningkatkan kepuasan dan loyalitas. | 61% bayar lebih untuk personalisasi (Medallia, 2025); 81% bayar lebih untuk pakaian kustom (Kickflip, 2025) |
3. Kenyamanan (Convenience) | Pengiriman cepat, gratis, dan kemudahan transaksi meningkatkan willingness to pay. | Rata-rata +5% premium; 83% ingin free delivery (AlphaBridge, 2025) |
4. Kualitas Produk Premium | Harga tinggi menandakan kualitas bagi customer, terutama untuk menghindari risiko buruk. | Harga premium dikaitkan dengan eksklusivitas dan gengsi (Academy 4 Pricing, 2025) |
5. Keberlanjutan & Etika Merek | Nilai etis dan praktik berkelanjutan perusahaan mendorong preferensi dan loyalitas. | 60%-75% bayar lebih untuk produk ramah lingkungan (McKinsey & Hypervsn, 2025) |
6. Solusi terhadap Titik Nyeri | Customer rela membayar lebih jika produk/layanan memecahkan masalah nyata mereka. | Contoh set pisau + kelas masak meningkatkan persepsi value (Sobot, 2025) |
7. Inovasi & Diferensiasi Produk | Produk unik dan inovatif memiliki nilai jual premium karena tidak mudah dibandingkan kompetitor. | Inovasi meningkatkan WTP pada peluncuran produk baru (PriceBeam, 2025) |
Konsumen modern mendefinisikan nilai secara holistik, melampaui harga: kualitas, kenyamanan, keberlanjutan, dan solusi nyata.
Bisnis yang mampu memenuhi semua aspek ini akan memenangkan loyalitas dan profitabilitas jangka panjang.
Anjrah Ari Susanto, S.Psi.
Daftar Pustaka
- Adobe. (2025, July 2). Consumers Say They Will Pay More For A Better Experience. Retrieved from https://business.adobe.com/blog/the-latest/new-study-finds-consumers-would-pay-more-for-better-cx-pwc
- AlphaBridge. (2025, July 2). Everything on Demand: The Growth of the Convenience Economy. Retrieved from https://alphabridge.co/featured/everything-on-demand-the-growth-of-the-convenience-economy/
- BlackCurve. (2025, July 2). 9 Factors that Affect a Customer’s Willingness to Pay. Retrieved from https://blog.blackcurve.com/9-factors-that-affect-a-customers-willingness-to-pay
- Hypervsn. (2025, July 2). The Rise of Sustainable and Ethical Consumption. Retrieved from https://hypervsn.com/blog/the-rise-of-sustainable-and-ethical-consumption.html
- Kickflip. (2025, July 2). 11 Product Customization Statistics You Need to Know. Retrieved from https://gokickflip.com/blog/product-customization-statistics
- McKinsey & Company. (2025, July 2). US consumer spending trends 2025. Retrieved from https://www.mckinsey.com/industries/consumer-packaged-goods/our-insights/the-state-of-the-us-consumer
- Medallia. (2025, July 2). 61% of Consumers Will Pay for Personalized Experiences. Retrieved from https://www.medallia.com/press-release/medallia-research-finds-61-percent-of-consumers-are-willing-to-spend-more-for-personalized-experiences/
- Number Analytics. (2025, July 2). A Fresh Look at Willingness to Pay in IO. Retrieved from https://www.numberanalytics.com/blog/willingness-to-pay-io-guide
- PriceBeam. (2025, July 2). Willingness to Pay Research | Pricing Research. Retrieved from https://www.pricebeam.com/willingness-to-pay
- Psicosmart. (2025, July 2). Ethical Consumerism: Trends and Implications for Businesses in 2023. Retrieved from https://blogs.psico-smart.com/blog-ethical-consumerism-trends-and-implications-for-businesses-in-2023-179459
- PYMNTS. (2025, July 2). 67% of Consumers Pay for Services That Save Them Time. Retrieved from https://www.pymnts.com/consumer-insights/2025/67-percent-of-consumers-pay-for-services-that-save-them-time-despite-inflation-and-paycheck-pressures/
- Siena. (2025, July 2). Transforming Customer Pain Points into Competitive Advantages. Retrieved from https://www.siena.cx/blog/customer-pain-points
- Sobot. (2025, July 2). Top Customer Pain Points Examples and Effective Solutions. Retrieved from https://www.sobot.io/article/customer-pain-points-examples-solutions-2025-guide/
- Talk Business. (2025, July 2). Report: Consumers want more than low prices, are ‘more discerning’. Retrieved from https://talkbusiness.net/2025/06/report-consumers-want-more-than-low-prices-are-more-discerning/
- YouTube. (2025, July 2). Find a Problem That People Will Pay You to Solve (with Jonathan Greechan). Retrieved from https://www.youtube.com/watch?v=Z4iq59GPNOs
No comment yet, add your voice below!