Anjrahweb.Com – Timothy Ronald Show 20 Juni ini Menarik, Kita bisa belajar Strategi Diversifikasi Portofolio Investasi Saham US S&P 500, VTI, VEA, VWO, AVUV, AVDV, emas, bitcoin dan sebagainya sesuai pertanyaan dari penonton yang terpilih.

Kita bisa belajar banyak sambil menyelami istilah istilah ‘baru’ dalam dunia investasi. Supaya kita bisa lebih kenal dan mendalami dunia investasi ala Ncek Timothy Ronald dan Prof Kalimasada.

Terus terang, saya mengolah video youtubenya mempergunakan AI, bisa jadi ada akurasi yang perlu diperbaiki.

Kalau anda menemukan tolong bisa tambahkan di kolom komentar ya.

Selamat membaca ya. Jika suka, jangan sungkan share ke whatsapp komunitasmu, sosmedmu, ya berbagi ilmu manfaat ada pahalanya kan?


Bahasan Pembuka: Ketegangan Iran dan Dampaknya ke Market

Intinya, Siang Ini, 20 Juni 2025, The Timothy Ronald Show kembali hadir, menghadirkan diskusi mendalam tentang kondisi pasar terkini dan sesi tanya jawab interaktif.

Dipandu oleh Ncek Timothy Ronald dan Prof. Kalimasada, acara ini menjadi platform berharga bagi para investor untuk mendapatkan panduan langsung dari para ahli.

Sesi ini tidak hanya mengulas dinamika pasar global, tetapi juga memberikan konsultasi portofolio yang disesuaikan untuk lima penanya: Alexander, Vira, James, Dika, dan Adenanta.

Timothy Ronald: Kalau kita lihat minggu ini ada berita baru, salah satu menteri dari Iran menyatakan bahwa mereka tidak akan tinggal diam, dan akan menyerang balik. Berita ini juga diikuti oleh naiknya harga minyak dan naiknya harga emas.

Kalau kita lihat harga minyak sudah naik sekitar 7% dalam satu minggu, dan emas sekarang di harga 2.359 dolar per troy ounce (Rp38.711.477). Jadi kalau dihitung dari awal tahun 2023 sampai hari ini, emas itu naik lebih dari 100%.

Prof. Kalimasada: Dan ini membuat kita bertanya, bagaimana portofolio yang baik untuk menghadapi situasi seperti ini?

Artikel ini bertujuan untuk merangkum dan menganalisis secara cermat diskusi yang terjadi dalam acara tersebut.

Setiap poin penting, mulai dari pandangan makroekonomi hingga saran investasi personal, akan disajikan dengan kutipan verbatim dari para pembawa acara dan penanya.

Penjelasan agak detail mengenai istilah-istilah saham, kode saham, serta strategi investasi yang direkomendasikan akan disertakan, memastikan pembaca mendapatkan pemahaman yang komprehensif dan dapat menerapkan wawasan ini dalam perjalanan finansial mereka.

Tujuan utama adalah mendokumentasikan diskusi ini menjadi artikel blog yang utuh, sebagaimana saran investasi yang disampaikan oleh Timothy dan Kalimasada, dengan penjelasan tambahan untuk memperkaya pemahaman pembaca.


Denyut Nadi Pasar Makro: Geopolitik, Komoditas, dan Ekuitas Global

Diskusi pembuka The Timothy Ronald Show menyoroti kondisi pasar yang sangat dinamis, terutama dipengaruhi oleh faktor geopolitik dan keputusan kebijakan moneter.

Para pembawa acara, meskipun bukan ahli geopolitik, secara jeli mengamati dampak langsung konflik Iran-Israel terhadap pasar keuangan.

Konflik Iran-Israel: Dampak pada Minyak dan Emas

Para analis makro ini mencatat adanya “spike besar di oil” (kenaikan besar pada harga minyak) dan yang “paling signifikan kita lihat di gold” (paling signifikan terlihat pada emas) sebagai respons pasar terhadap ketegangan tersebut.

Kenaikan harga minyak merupakan reaksi langsung terhadap kekhawatiran pasokan di tengah ketidakpastian regional, sementara emas menunjukkan perannya sebagai aset safe haven utama. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun nuansa politik suatu konflik mungkin berada di luar lingkup keahlian langsung mereka, implikasi ekonomi dan pasar dari peristiwa tersebut sepenuhnya berada dalam domain analisis makro.

Ketika peristiwa non-finansial menciptakan ketidakpastian atau memengaruhi penawaran/permintaan sumber daya penting, hal itu dapat menjadi pendorong utama pergerakan pasar, mengalihkan perilaku investor menuju aset yang lebih aman.

Emas sebagai Safe Haven Utama: Analisis dan Implikasi Portofolio

Emas memang menjadi pilihan favorit investor ketika kondisi memanas.

Prof. Kalimasada menyoroti bahwa dalam laporan 13F terakhir Ray Dalio, emas menempati posisi 1,24% dari total dana sebesar 120 miliar dolar, sebuah alokasi yang cukup besar.

Ini menegaskan kepercayaan investor institusional terhadap emas sebagai pelindung nilai. Emas telah menunjukkan reli lebih dari 100% sejak awal tahun 2023, dengan struktur pasar yang kuat: “rally, consolidation, kemudian rally lagi”.

Meskipun emas baru-baru ini menghadapi “rejection” (penolakan) di area 3500, yang merupakan area psikologis yang kuat, aset ini sedang dalam fase konsolidasi menuju potensi “next leg up” (kenaikan berikutnya).

Timothy menjelaskan bahwa Ray Dalio, pendiri Bridgewater, pernah memasukkan 1,24% dari $120 miliar AUM-nya (sekitar Rp1.968 triliun) ke dalam emas. Itu bukan karena emas menghasilkan return paling tinggi, tapi karena emas punya korelasi negatif terhadap saham, terutama saat terjadi krisis global atau perang.

Stigma masyarakat di seluruh dunia masih menganggap bahwa emas cenderung bisa diandalkan ketika ada keadaan yang tidak bisa diandalkan seperti perang sekarang. Emas tidak hanya berfungsi sebagai lindung nilai terhadap inflasi, tetapi juga sebagai pelindung nilai terhadap risiko geopolitik.

Alokasi signifikan yang dilakukan oleh investor besar seperti Ray Dalio memperkuat pentingnya strategis emas, bukan hanya sebagai respons reaktif terhadap krisis, tetapi juga sebagai komponen proaktif dalam portofolio yang terdiversifikasi untuk melawan risiko geopolitik dan moneter.

Prospek S&P 500: Menavigasi Resistensi dan Potensi Koreksi

Mengenai pasar saham AS, S&P 500 (SPX) saat ini berada di area resistensi psikologis 6000 dan area suplai pada grafik mingguan.

Para pembawa acara memprediksi bahwa jika AS menyerang Iran dalam dua minggu ke depan, “pasti saham koreksi. Pasti, pasti koreksi. Hampir dipastikan 80% koreksi”.

Prediksi ini didasarkan pada beberapa faktor: area resistensi psikologis, ketidakpastian yang masih ada dari penundaan tarif (yang sebelumnya memicu reli pada April 2025), dan keputusan Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga tanpa pemotongan.

Prof. Kalimasada mengungkapkan bahwa saat ini indeks S&P 500 sedang berada di area resisten psikologis sekitar 6000. Ini membuat investor harus berhati-hati, apalagi jika benar-benar terjadi serangan dari Amerika ke Iran dalam 2 minggu ke depan. Koreksi hampir pasti terjadi.

Faktor-faktor makro, seperti geopolitik dan kebijakan The Fed, saat ini mendominasi pergerakan pasar secara keseluruhan. Posisi S&P 500 pada level resistensi yang kuat, ditambah dengan ketidakpastian geopolitik dan sikap The Fed yang cenderung hawkish, menciptakan probabilitas koreksi yang tinggi.

Hal ini menunjukkan bahwa dalam fase pasar tertentu, analisis makro dari atas ke bawah (top-down) bisa lebih penting daripada analisis fundamental dari bawah ke atas (bottom-up) untuk menentukan arah pasar secara keseluruhan.

 

Sorotan pada TSMC dan Inisiatif AI Softbank

Sebuah perkembangan menarik yang dibahas adalah rencana Softbank untuk membangun AI Hub senilai 1 triliun dolar AS dengan Taiwan Semiconductor (TSMC) di Arizona, yang akan fokus pada manufaktur robot dan kecerdasan buatan.

Observasi menunjukkan bahwa grafik TSMC memiliki pola yang mirip dengan S&P 500, mendekati area resistensi mingguan di sekitar 220.

Timothy: Softbank mengumumkan akan bangun AI hub senilai 1 triliun dolar. Ini kolaborasi dengan TSMC. Tapi TSMC sekarang juga lagi ada di puncak resistensi secara teknikal. Jadi saya pribadi tetap hati-hati.

Kesamaan pola ini dijelaskan oleh fakta bahwa saham-saham blue-chip dengan kapitalisasi pasar besar memiliki bobot yang tinggi terhadap indeks-indeks tertentu, seperti S&P 500. Ini berarti kinerja beberapa perusahaan mega-kapitalisasi dapat secara tidak proporsional memengaruhi indeks pasar yang lebih luas.

Investor yang melacak S&P 500 secara implisit sangat terpapar pada nasib raksasa-raksasa ini, membuat analisis individual mereka relevan juga bagi investor yang berfokus pada indeks. Pasar saham AS saat ini berada dalam tahap “mengambang” karena ketegangan geopolitik dan belum adanya pemotongan suku bunga oleh The Fed.

 

Diversifikasi Strategis: Peran Aset Tidak Berkorelasi dan Pasar Berkembang

Dalam kondisi pasar seperti ini, disarankan untuk memiliki “aset kelas yang uncorrelated” (kelas aset yang tidak berkorelasi).  Contoh aset tersebut adalah emas dan saham di pasar berkembang (emerging market).

Alasan utamanya adalah jika investor terlalu banyak berinvestasi di saham AS, tidak ada “faktor tilt” (kemiringan faktor) ke pasar berkembang, dan saham AS “pasti turun” (pasti akan turun) jika AS menyerang Iran.

Aset berisiko akan “terdampak lebih kuat” (lebih kuat terpengaruh) dibandingkan dengan aset safe haven seperti emas.

Saran untuk memiliki aset yang tidak berkorelasi seperti emas dan saham pasar berkembang bukan hanya tentang memaksimalkan keuntungan, tetapi juga tentang mengurangi risiko penurunan dalam lingkungan makro yang volatil.

Ini adalah strategi proaktif. Potensi koreksi pasar saham AS secara eksplisit dihubungkan dengan kebutuhan akan diversifikasi ini, menggarisbawahi bahwa diversifikasi bukan hanya tentang menyebarkan risiko, tetapi juga tentang memiliki aset yang berperilaku berbeda dalam skenario tekanan tertentu.


Q  & A Strategi Diversifikasi Portofolio Investasi Saham US S&P 500, VTI, VEA, VWO, AVUV, AVDV dan lainnya Ala Timothy Ronald Show

Sesi tanya jawab pada The Timothy Ronald Show adalah bagian krusial yang menunjukkan bagaimana prinsip investasi diterapkan dalam berbagai profil individu. Setiap penanya memiliki latar belakang finansial dan tujuan yang unik, yang memerlukan pendekatan yang customized.

Strategi Diversifikasi Portofolio Investasi Saham US S&P 500, VTI, VEA, VWO, AVUV, AVDV Ala Timothy Ronald Show

Dalam tanya jawab ini, saya mencoba menerjemahkan pendapatan para penanya estimasi ke dalam rupiah. Hari ini, Jumat 20 Juni 2025 kurs yang ada:

  • Kurs Dolar = Rp 16.404,44
  • Kurs Euro = Rp 18.903,00.
  • Kurs Dolar Australia = Rp 10.646,81.

Yuk langsung simak pembahasan dan jawabannya.

Studi Kasus 1: Alexander – Pendatang Baru Agresif dari Australia

Alexander, 34 tahun, berasal dari Bali tetapi tinggal di Australia Barat, bekerja di bidang pertambangan bersama istrinya.1 Pendapatan keluarga bulanan mereka mencapai 13.352 Dolar Australia (~Rp142.184.000), setara dengan sekitar 133-135 juta Rupiah.1 Dengan rasio tabungan mendekati 50%, mereka mampu menabung sekitar 60-70 juta Rupiah per bulan.1

Meskipun baru terjun ke kripto dan saham sejak akhir 2024, Alexander memiliki profil risiko agresif karena merasa “belum kaya”.1 Tujuan utamanya adalah mencapai kebebasan finansial.1

Portofolio Alexander saat ini meliputi kripto senilai 42.573 Dolar Australia (98,32% Bitcoin, 1,61% Ethereum, 0,07% Perachain) dan saham Indonesia senilai 384 juta Rupiah (PANI, PAN, MIND, BRI, dengan BRI hanya 20 juta Rupiah).1

Ia juga memiliki 42.324 Dolar Australia di bank yang didepositokan untuk cicilan KPR, dengan sisa utang KPR sebesar 386.827.000 Rupiah sebagai satu-satunya utang.1 Alexander juga akan mendapatkan bonus 200 juta Rupiah.1

Saran Ahli: Alpha vs. Beta, Mengatasi Home Bias

Definisi kebebasan finansial menurut para pembawa acara bukanlah sekadar aturan 4%, melainkan memiliki “pendapatan tahunan itu harus berkali-kali lipat, harus besar sekali” karena inflasi yang lebih tinggi.1 Untuk investor non-penuh waktu seperti Alexander, mereka merekomendasikan strategi “beta” (mengikuti pasar) daripada “alpha” (mengalahkan pasar).1

Mencari alpha adalah “aktivitas yang lebih sulit dibanding olimpiade bahkan renang olimpik,” seperti yang dikatakan Ray Dalio.

Alexander’s agresif dan strategi “mencontek” untuk mendapatkan alpha segera diidentifikasi sebagai masalah. Pemahaman yang muncul adalah bahwa alpha sejati sangat sulit dicapai, terutama bagi investor non-profesional. Begitu sebuah “rahasia” (alpha) diketahui atau ditiru secara luas, ia tidak lagi menjadi alpha.

Ini menyiratkan bahwa investor ritel harus mengurangi ekspektasi untuk mengalahkan pasar melalui pemilihan saham, terutama jika mereka tidak memiliki waktu dan keahlian untuk analisis mendalam, dan sebaliknya harus merangkul strategi beta untuk pertumbuhan jangka panjang yang lebih konsisten.

Investasi besar-besaran di saham Indonesia karena “home bias” (mudah melihat berita, orang Indonesia) dianggap tidak efisien. Likuiditas global Indonesia hanya 0,1% dari total kapitalisasi pasar global.1 Ini adalah pemahaman penting bahwa diversifikasi tidak hanya dilakukan di dalam Indonesia, tetapi juga secara global.

Ketergantungan yang berlebihan pada sebagian kecil pasar global secara signifikan membatasi potensi pertumbuhan dan meningkatkan risiko yang tidak terkompensasi.

Implikasinya adalah bahwa untuk pertumbuhan dan diversifikasi jangka panjang yang optimal, terutama bagi seseorang di Australia dengan akses ke broker internasional, portofolio global sangatlah penting.

Jika Alexander bersikeras pada saham Indonesia, disarankan untuk menyederhanakannya menjadi permainan beta murni (misalnya, 70% BBCA, 30% BBRI) daripada memilih saham individu.1

Portofolio ETF Factor-Tilt yang Direkomendasikan (VTI, VEA, VWO, AVUV, AVDV)

Para pembawa acara merekomendasikan Alexander untuk melikuidasi semua saham Indonesia dan kripto (mengingat statusnya sebagai non-investor profesional) dan membangun portofolio beta murni internasional menggunakan gaya Dimensional Fund Advisor (DFA).1

Strategi ini, yang didasarkan pada teori 5 Faktor Eugene Fama, bertujuan untuk mengalahkan S&P 500 dengan memiringkan (tilting) ke nilai dan pasar berkembang.1

Strategi ini memperkenalkan model “5 Faktor Investasi”, yang merupakan bentuk investasi pasif yang lebih canggih. Ini bukan hanya tentang membeli pasar (seperti S&P 500) tetapi secara sistematis memiringkan ke faktor-faktor (nilai, kapitalisasi kecil, pasar berkembang) yang secara historis menunjukkan premium.

Ini menunjukkan bahwa bahkan dalam kerangka beta, ada strategi canggih berbasis bukti untuk berpotensi mengungguli indeks pasar sederhana, menyediakan jalan tengah bagi investor yang menginginkan lebih dari sekadar pengembalian pasar murni tetapi tidak memiliki waktu untuk memilih saham secara aktif.

Berikut adalah alokasi spesifik yang disarankan:

TickerNama Lengkap ETFAlokasi (%)Deskripsi
VTIVanguard Total Stock Market ETF 242%Ekuitas Pasar Saham Total AS (kapitalisasi besar, menengah, kecil) 2
VEAVanguard FTSE Developed Markets ETF 324%Ekuitas Internasional di Pasar Maju (Kanada, Eropa, Pasifik) 3
VWOVanguard FTSE Emerging Markets ETF 512%Ekuitas di Pasar Berkembang (kapitalisasi besar, menengah, kecil) 5
AVUVAvantis® U.S. Small Cap Value ETF 614%Ekuitas Nilai Kapitalisasi Kecil AS 6
AVDVAvantis® International Small Cap Value ETF 88%Ekuitas Nilai Kapitalisasi Kecil Internasional 8

Catatan: Jika portofolio ini terasa terlalu kompleks, alternatif yang lebih sederhana adalah berinvestasi langsung di VOO (Vanguard S&P 500 ETF).1

Alokasi Bitcoin dan Strategi DCA

Jika Alexander memiliki keyakinan kuat dan kerangka waktu 10 tahun, alokasi 10-20% untuk Bitcoin dapat diterima.1 Namun, peringatan diberikan bahwa Bitcoin “sangat agresif” dan “sangat volatil,” dengan siklus pasar yang mengharuskan toleransi terhadap penurunan harga hingga 50%.1

Pendekatan terhadap Bitcoin ini adalah nuansa: mengakui potensinya tetapi sangat menekankan volatilitasnya dan kebutuhan akan cakrawala waktu yang panjang serta toleransi risiko yang tinggi. Saran strategi barbell (alokasi kecil dan agresif dalam portofolio yang lebih besar dan konservatif) dan Dollar-Cost Averaging (DCA) untuk masuk menunjukkan pendekatan canggih dalam mengelola aset berisiko tinggi.

Ini menyiratkan bahwa daripada menghindari aset volatil sepenuhnya, investor dapat secara strategis mengintegrasikannya dalam proporsi yang terkontrol, dikombinasikan dengan metode masuk yang disiplin, untuk berpotensi menangkap keuntungan sambil mengelola risiko portofolio secara keseluruhan.

Disarankan untuk menggunakan Dollar-Cost Averaging (DCA) untuk tabungan bulanan dan melakukan rebalancing secara teratur.1 Bonus 200 juta Rupiah yang akan diterima Alexander juga disarankan untuk dialokasikan menggunakan pembagian 70-30 (saham-kripto) atau 80-20.1

Studi Kasus 2: Vira – Dilema Diversifikasi Sang Dokter

Vira, seorang dokter di Papua, baru tiga tahun bekerja dan memulai kariernya dengan utang residensi.1

Bersama suaminya, ia memiliki pendapatan gabungan bulanan sekitar 106 juta Rupiah, ditambah 3-5 juta Rupiah dari pekerjaan statistik.1 Ia tidak memiliki utang selain KPR.1 Dana daruratnya sebesar 120 juta Rupiah, dengan 70 juta di deposito bank digital (8% p.a.) dan 50 juta di reksa dana pasar uang (RDPU).1

Investasi Vira saat ini meliputi kripto 70 juta Rupiah (78% Bitcoin, sisanya Solana, BNB, Ethereum), saham Indonesia 51 juta Rupiah (BCA, Mandiri, BRI, BSR, HIL), saham AS (MSTR, Apple, S&P 500, Visa, Tesla), obligasi 46 juta Rupiah (ST10), simpanan USD 12.000, emas fisik 82 gram, dan perhiasan 80 gram.1

Ia juga akan menerima 400 juta Rupiah dari bank pada bulan Agustus.1 Kewajiban bulanannya termasuk mengirim 6,5 juta Rupiah kepada orang tua dan biaya umrah tahunan.1

Pengeluaran pribadinya sangat rendah, hanya 1,5 juta Rupiah per bulan, karena akomodasi dan sebagian besar transportasi ditanggung.1 Vira memiliki target tabungan anak sebesar 9,5 miliar Rupiah pada tahun 2039, dengan asumsi inflasi 15% per tahun.1

Saran Ahli: Menyederhanakan Kepemilikan Saham, Pentingnya Pemahaman Bisnis

Mengenai KPR, para pembawa acara menyerahkan keputusan kepada preferensi Vira, mengingat pendapatannya yang kuat memungkinkan fleksibilitas.1 Mereka menyarankan untuk tidak terburu-buru melunasi jika belum menjadi kebutuhan mendesak, terutama karena akomodasinya saat ini difasilitasi.1 Dana daruratnya di RDPU dan deposito bank digital dianggap “top tier” dan “sudah aman”.1

Terkait investasi saham, Vira diberikan peringatan keras untuk tidak melakukan pemilihan saham (stock picking) jika ia tidak memahami perusahaan tersebut, seperti yang terlihat dari ketidaktahuannya mengenai laba bersih BCA.1 Portofolio sahamnya saat ini digambarkan sebagai “kacau balau” dan “supermarket”.1

Pemahaman yang muncul adalah bahwa diversifikasi tanpa pemahaman bisa sama berisikonya dengan konsentrasi. Hanya memiliki banyak saham yang berbeda (terutama jika tidak mengetahui fundamentalnya, seperti yang diakui Vira untuk BCA) tidak mengurangi risiko; itu hanya menyebarkan ketidaktahuan ke lebih banyak aset, sehingga mustahil untuk mengelola atau bereaksi secara efektif.

Diversifikasi sejati berasal dari pemahaman bisnis yang mendasari dan profil risikonya, bukan hanya memiliki sejumlah besar ticker saham.

Pentingnya “lingkaran kompetensi” Warren Buffett juga ditekankan. Jika seseorang tidak dapat menganalisis fundamental inti perusahaan (seperti laba bersih, yang merupakan dasar), maka pemilihan saham aktif sama saja dengan berjudi. Ini menyiratkan pilihan: berkomitmen pada pembelajaran dan analisis mendalam untuk perusahaan tertentu atau beralih ke indeks pasar pasif yang lebih luas di mana analisis perusahaan individual kurang penting.

Disarankan untuk menyederhanakan portofolio saham Indonesianya menjadi hanya BCA jika ia ingin berinvestasi di saham lokal, atau beralih ke S&P 500 jika ia memiliki akses.1 Jika Vira ingin menjadi investor profesional, ia perlu belajar analisis perusahaan (manajemen, sumber pendapatan, jenis pinjaman, tingkat modal, margin bunga bersih).1 Dana kriptonya juga disarankan untuk dipindahkan ke ekuitas (misalnya, BCA) jika ia tidak memahaminya.1

Untuk target tabungan anak sebesar 9,5 miliar Rupiah pada tahun 2039 (dengan inflasi 15%), Vira membutuhkan investasi yang menghasilkan 10-11% per tahun. BCA (dengan dividen yang diinvestasikan kembali) atau S&P 500 secara historis dapat mencapai ini. Bitcoin (alokasi 5-10%) adalah pilihan jika ia dapat mentolerir penurunan harga dan memiliki jangka waktu yang panjang.1 Dana 400 juta Rupiah yang akan cair pada bulan Agustus disarankan untuk dialokasikan ke BBCA, S&P, dan Bitcoin (5% jika untuk jangka panjang).1

Portofolio Inti yang Direkomendasikan (S&P 500, BBCA, Bitcoin)

Berikut adalah alokasi portofolio inti yang disarankan untuk Vira:

Kelas AsetAlokasi (%)
S&P 500 (VOO) 1050%
BCA (BBCA) 1240%
Bitcoin (BTC)10%

Catatan: Untuk alokasi 40% di BCA, dapat dibagi menjadi 70% BCA dan 30% BRI untuk eksposur yang lebih mirip indeks di saham Indonesia jika diinginkan.1

Para pembawa acara berulang kali menekankan pendapatan tinggi dan tingkat tabungan Vira, menyebut “earnings power kamu itu yang paling penting”.1

Pemahaman yang muncul adalah bahwa tabungan yang konsisten dan tinggi dari pendapatan yang kuat dapat membangun kekayaan lebih cepat daripada strategi investasi yang kompleks, terutama pada awalnya.

Kemampuannya untuk menabung 50 juta Rupiah per bulan (600 juta Rupiah per tahun) berarti bahkan pengembalian investasi yang moderat dapat berkembang pesat. Ini menyoroti bahwa bagi banyak individu, meningkatkan pendapatan dan tingkat tabungan adalah pengungkit yang lebih berdampak untuk kebebasan finansial daripada mengejar pengembalian investasi yang tinggi.

Penting juga untuk dicatat bahwa alokasi 40% di BCA juga berfungsi sebagai kesempatan belajar bagi Vira.1 Ini adalah pemahaman yang halus namun mendalam. Ini mengakui bahwa bagi beberapa investor, alokasi kecil dan terkontrol pada saham individu (bahkan jika tidak optimal untuk pengembalian murni) dapat berfungsi sebagai “biaya sekolah” atau “dana belajar” yang berharga.

Ini memungkinkan mereka untuk terlibat dalam analisis fundamental, memahami dinamika perusahaan, dan membangun keyakinan tanpa membahayakan seluruh portofolio mereka, menjembatani kesenjangan antara investasi pasif dan aktif.

Sebagai contoh, para pembawa acara menjelaskan mengapa mereka tidak akan pernah membeli saham maskapai penerbangan (pertumbuhan tinggi, tetapi hambatan masuk rendah dan keuntungan kecil), berbeda dengan pembuat mesin pesawat seperti GE (hambatan masuk tinggi).1 Bank seperti BCA dianggap sebagai bisnis top-tier karena perannya yang krusial dalam ekonomi.1s

Studi Kasus 3: James – Portofolio Lulusan Jerman

James, 21 tahun, seorang lulusan baru yang bekerja penuh waktu di Jerman.1 Pendapatan bersihnya 2700 Euro per bulan (~Rp51.038.100), dengan pengeluaran bulanan maksimal 1000 Euro.1

Ini berarti ia dapat menabung atau berinvestasi sekitar 1700 Euro per bulan (sekitar 31 juta Rupiah).1 Di masa lalu, ia pernah berinvestasi di emas (melalui platform Indonesia, lalu berhenti), NEO (perusahaan EV Tiongkok, mengalami kerugian 800 USD – catatan: NEO sebenarnya adalah Neogenomics Inc., sebuah laboratorium pengujian kanker, bukan perusahaan EV 13), Tesla, dan Google (yang ia cairkan untuk biaya kuliah).1 Saat ini, ia memiliki dana sekitar 7000 Euro, termasuk dana darurat.1

Saran Ahli: Kebutuhan Dana Darurat, Mengevaluasi Investasi Bisnis Keluarga

Meskipun Jerman memiliki tunjangan pengangguran yang murah hati (70% dari pendapatan bersih selama 12 bulan), James tetap membutuhkan dana darurat.1 Pertanyaan James tentang perlunya dana darurat mengingat tunjangan pengangguran Jerman yang besar adalah kasus uji yang baik.

Tanggapan tegas dari para pembawa acara, “Butuh” (dibutuhkan), menyoroti bahwa dana darurat memiliki tujuan yang lebih luas daripada sekadar pengangguran. Ini mencakup tagihan medis yang tidak terduga, perjalanan mendesak, perbaikan rumah, atau pengeluaran tak terduga lainnya yang tidak ditanggung oleh tunjangan negara.

Ini memperkuat prinsip bahwa dana darurat yang likuid adalah elemen dasar keuangan pribadi, menyediakan jaring pengaman universal terlepas dari sistem kesejahteraan sosial.

Orang tua James ingin ia mendanai cabang baru sekolah musik mereka di Indonesia, yang akan mengurangi investasi bulanannya menjadi 700 Euro.1 Para pembawa acara menyarankan untuk memperlakukan proposal ini sebagai tawaran dari orang asing (“Budi”) untuk menjaga objektivitas.1 Sekolah musik tersebut memiliki “nol” (nol) economic moat dan “barrier to entry-nya rendah banget” (hambatan masuk yang sangat rendah).1

Saran untuk memperlakukan proposal bisnis keluarga seolah-olah itu datang dari orang asing (“Budi”) adalah pemahaman yang kuat. Ini menyoroti jebakan umum pengambilan keputusan emosional dalam keuangan keluarga. Dengan memaksakan evaluasi objektif terhadap economic moat dan hambatan masuk bisnis, para pembawa acara membimbing James menuju keputusan alokasi modal yang rasional, memprioritaskan pertumbuhan finansial jangka panjangnya sendiri daripada usaha keluarga yang berpotensi berisiko, sambil tetap menyarankan dukungan langsung jika diperlukan.

Lebih baik menginvestasikan 1000 Euro per bulan di saham global yang terdiversifikasi (Microsoft, Google, Apple, Nvidia, S&P 500) daripada dalam usaha ekuitas swasta dengan moat rendah seperti sekolah musik.1 James harus fokus pada pertumbuhan finansialnya sendiri terlebih dahulu; jika orang tua membutuhkan bantuan, lebih baik memberikan dukungan finansial langsung daripada berinvestasi di bisnis mereka.1 Orang tua sering kali memiliki banyak ide bisnis yang mungkin belum ditinjau dengan baik (“idenya banyak, gak bisa habis-habis”).1 Tingkat kegagalan bisnis baru mencapai 90%.1

Portofolio Factor-Tilt Lanjutan yang Direkomendasikan & Alokasi “Dana Belajar”

Mengingat James “suka analisa-analisa” dan mungkin akan “gatel” (gatal) dengan portofolio S&P 500 yang sederhana, disarankan untuk menggunakan portofolio Model 5 Faktor seperti Alexander (VTI, VEA, VWO, AVUV, AVDV).1

Konsep “uang gatel” adalah pemahaman perilaku finansial yang brilian. Mengakui kecenderungan James untuk “gatel tangannya” dan keinginannya untuk menganalisis, para pembawa acara tidak melarangnya tetapi mengendalikannya dalam porsi kecil yang terdefinisi dari portofolionya.

Ini memungkinkan James untuk memuaskan keinginannya untuk bereksperimen dan belajar (maka “uang sekolah”) tanpa menggagalkan strategi investasi intinya yang disiplin. Ini secara implisit mengakui bahwa perilaku manusia adalah faktor signifikan dalam berinvestasi dan bahwa rencana yang baik menggabungkan, daripada melawan, kecenderungan ini.

Disarankan untuk mengalokasikan 10% dari portofolio sebagai “uang gatel” atau “uang sekolah” untuk investasi eksperimental (misalnya, Palantir, Bitcoin, atau bahkan NEO yang salah diidentifikasi sebelumnya).1 James juga didorong untuk mencari penghasilan sampingan atau pekerjaan lepas (misalnya, melalui Upwork) untuk meningkatkan daya pendapatannya.1

Studi Kasus 4: Pedro – Investor “Sandwich Generation” dari USA

Pedro, 24 tahun, adalah seorang operator mesin cetak laser di AS dan termasuk dalam “sandwich generation” (generasi sandwich), meskipun ia sendiri menyebutnya “tipis sandwichnya”.1 Pendapatan mingguannya 717 USD (~Rp11.765.000), setara dengan sekitar 45 juta Rupiah per bulan.1

Pengeluaran bulanannya sangat hemat, hanya 370 USD (225 USD untuk sewa dan 145 USD untuk makan/transportasi), atau sekitar 6 juta Rupiah.1 Dengan demikian, ia mampu menabung atau berinvestasi sekitar 40 juta Rupiah per bulan.1 Pedro tidak memiliki utang karena baru saja melunasinya.1 Dana daruratnya saat ini sebesar 2000 USD.1

Investasi Pedro meliputi 60 juta Rupiah di bursa kripto lokal dan 2800 USD di bursa kripto asing.1 Komposisi kriptonya adalah 50% Bitcoin, dengan sisanya Ethereum, Adber, Renzo, Solana, dan Visual, yang digambarkan sebagai “supermarket”.1 Target jangka pendeknya adalah dana darurat 20.000 USD, dan target kedua adalah portofolio likuid 100.000 USD.1 Dukungan keluarganya sudah termasuk dalam pengeluaran mingguannya.1

Saran Ahli: Mengoptimalkan Dana Darurat (VMFXX)

Untuk dana darurat, disarankan untuk menempatkannya di VMFXX (Vanguard Federal Money Market Fund) karena rasio biaya yang rendah (0,11%).1

Daripada rekening tabungan biasa, para pembawa acara merekomendasikan VMFXX untuk dana darurat Pedro.

Ini menunjukkan bahwa bahkan untuk dana yang sangat likuid dan berisiko rendah seperti tabungan darurat, ada pilihan yang lebih baik daripada rekening bank tradisional.

Reksadana pasar uang, terutama yang memiliki rasio biaya rendah seperti VMFXX, menawarkan hasil yang lebih tinggi sambil mempertahankan likuiditas dan pelestarian modal, secara efektif memaksimalkan pengembalian atas uang tunai yang menganggur.

Portofolio Terdiversifikasi yang Direkomendasikan (VOO, GLD, Bitcoin, Altcoin)

Untuk target portofolio likuid 100.000 USD, disarankan portofolio “buffered style” yang sederhana.

Intinya adalah 90% di VOO (Vanguard S&P 500 ETF) karena Pedro tampaknya adalah “Vanguard Lover”.1 Sisa 10% dapat dialokasikan untuk investasi “gatel” nya.1

Alokasi spesifik untuk Pedro, mengingat sifat “gatel” dan minatnya pada emas, adalah sebagai berikut:

Kelas AsetAlokasi (%)Catatan
VOO (Vanguard S&P 500 ETF) 1080%Inti Ekuitas AS
GLD (SPDR® Gold Trust) 1710%Eksposur Emas (lebih disukai daripada emas tokenized seperti Vex Gold karena risiko teknis yang lebih rendah dan dukungan yang lebih kuat) 1
Bitcoin (BTC)8%Jika dapat mengelola volatilitas dan manajemen aktif
Altcoin (Sui, dll.)2%Untuk eksperimen dan rebalancing jika tumbuh signifikan 1

Portofolio Pedro adalah hibrida, menggabungkan inti pasif dengan alokasi “gatal” tertentu.

Ini menunjukkan bagaimana seorang investor dapat mengintegrasikan preferensi pribadi (seperti spekulasi emas atau altcoin) ke dalam strategi yang disiplin dan berbasis indeks tanpa mengorbankan inti. Kolom “Catatan” membantu pembaca memahami tujuan di balik setiap alokasi, memperkuat gagasan diversifikasi yang disengaja dan disesuaikan dengan risiko.

Disarankan untuk aktif melakukan rebalancing ketika altcoin tumbuh signifikan, mengembalikan keuntungan ke inti VOO/GLD.1

Pertimbangan untuk 401k dan Rencana Masa Depan. Mengenai 401k, disarankan untuk tidak mengambilnya jika Pedro berencana kembali ke Indonesia.1 Ia juga didorong untuk mencari pekerjaan sampingan tambahan untuk memaksimalkan daya pendapatannya.1

Studi Kasus 5: Dika – Preferensi Emas Profesional Dapur

Dika, 26 tahun, bekerja di dapur restoran di AS.1 Pendapatan bulanannya 3600 USD (~Rp59.055.984), dengan pengeluaran bulanan 1500 USD.1

Ini berarti ia dapat menabung atau berinvestasi sekitar 2000 USD per bulan (sekitar 36 juta Rupiah).1 Dana daruratnya sebesar 7000 USD (cukup untuk 4-5 bulan pengeluaran), disimpan di rekening tabungan yang menghasilkan 3,6% per tahun.1 Investasinya saat ini sebesar 8000 USD, semuanya di kripto (6000 USD di Vex Gold, sisanya di USDC).1

Catatan: Vex Gold adalah Pax Gold (PAXG), emas yang di-tokenisasi.19

Saran Ahli: Memilih Antara Emas Tokenized dan ETF Emas (GLD)

Dana darurat Dika dianggap cukup dan ditempatkan dengan baik.1

Karena Dika menyukai emas, portofolionya disarankan untuk sederhana dan mirip dengan Pedro.

Kelas AsetAlokasi (%)
Dana Indeks S&P 500 (VOO) 1080%
GLD (SPDR® Gold Trust) 1720%

Investasi Dika pada Vex Gold (PaxGold) memicu diskusi penting tentang risiko yang mendasari aset yang di-tokenisasi. Preferensi para pembawa acara untuk GLD daripada PaxGold, meskipun keduanya mewakili emas, menyoroti pentingnya memahami risiko teknis dan risiko pihak lawan yang terkait dengan aset digital.

Meskipun PaxGold diatur, penekanan pada dukungan dari entitas besar dan mapan seperti SPIDER (BlackRock) atau Vanguard untuk GLD menunjukkan preferensi untuk instrumen keuangan tradisional yang sangat likuid dan diatur secara ketat daripada alternatif digital yang lebih baru dan berpotensi kurang teruji, terutama untuk alokasi portofolio inti.

Disarankan untuk melikuidasi investasi kripto 8000 USD-nya saat ini dan mengalokasikannya kembali ke persentase yang direkomendasikan. Kemudian, gunakan DCA untuk tabungan bulanan 2000 USD-nya.1

Studi Kasus 6: Danu Alif – Tantangan Alokasi Modal Pengusaha

Danu Alif, 24 tahun, menjalankan bisnis jual beli ponsel bekas secara daring sejak 2023.1 Pendapatan bulanannya 100 juta Rupiah, dengan pengeluaran 20 juta Rupiah (termasuk gaji karyawan, dukungan orang tua, dan pengeluaran pribadi).1 Ia dapat menyisihkan 80 juta Rupiah per bulan, dengan 30 juta Rupiah dialokasikan untuk investasi bulanan (20 juta di Bitcoin, 10 juta di BCA dan BBRI 50/50), dan 50 juta Rupiah untuk modal usaha.1

Total kekayaan bersihnya 1,4 miliar Rupiah, terdiri dari obligasi (96 juta Rupiah), saham (135 juta Rupiah – BCA/BBRI 50/50), Bitcoin (200 juta Rupiah), dan dana darurat (150 juta Rupiah tunai di bank).1 Modal usaha yang berputar untuk stok ponsel mencapai 805 juta Rupiah.1 Danu tidak memiliki utang atau aset keras (ia tinggal di rumah kontrakan seharga 700 ribu Rupiah per bulan).1

Ia berencana menikah dalam 1,5 tahun (biaya 150 juta Rupiah) dan berinvestasi untuk 15-25 tahun ke depan.1 Ia juga ingin membuka toko fisik untuk “desentralisasi penjualan” karena dampak Tokopedia/TikTok Shop.1 Danu ingin tahu apakah ia harus merealokasi investasi bulanannya (50% Bitcoin, 25% BCA, 25% BBRI) mengingat kondisi makro, dan ia ingin berinvestasi 50% di BTC dan 50% di S&P tetapi tidak memiliki akses ke broker internasional.1

Saran Ahli: Pemisahan Krusial Keuangan Bisnis dan Pribadi (Prinsip Akuntansi)

Akses ke broker internasional seperti Interactive Brokers (IBKR) umumnya tidak tersedia untuk yurisdiksi Indonesia karena regulasi.1 Perdagangan CFD (Contract for Difference) memang umum, tetapi itu bukan kepemilikan saham yang sebenarnya.1

Masalah terbesar Danu adalah mencampur keuangan pribadi dan bisnisnya, yang membuatnya merasa lebih kaya dari yang sebenarnya.1 Ini melanggar prinsip dasar “entitas bisnis” dalam akuntansi.

Pemahaman yang muncul adalah bahwa tanpa pemisahan yang jelas, pengusaha tidak dapat secara akurat menilai profitabilitas bisnis mereka yang sebenarnya (laba bersih vs. arus kas bebas) atau posisi keuangan pribadi mereka.

Kebingungan ini menyebabkan salah alokasi modal dan perasaan kekayaan yang berlebihan, yang dapat merugikan pertumbuhan bisnis dan stabilitas keuangan pribadi.

Danu harus belajar akuntansi dan memisahkan keuangan bisnis dan pribadinya. Ia harus menggaji dirinya sendiri (atau membayar dividen) dari bisnis, bukan hanya mengambil uang saat dibutuhkan.1 Para pembawa acara bersikeras Danu belajar akuntansi, menyebutnya “bahasa dari bisnis”.1 Ini adalah pemahaman yang mendalam. Ini bukan hanya tentang kepatuhan; ini tentang

memahami mekanisme dasar penciptaan kekayaan. Tanpa literasi akuntansi, seorang pengusaha tidak dapat membuat keputusan yang tepat tentang penetapan harga, biaya, profitabilitas, arus kas, atau alokasi modal. Ini juga berlaku untuk keuangan pribadi, karena memahami pendapatan, pengeluaran, aset, dan kewajiban seseorang sangat penting untuk pengelolaan keuangan pribadi yang efektif.

Disarankan juga untuk mendirikan badan usaha legal (PT atau CV) untuk menghindari beban pajak pribadi dan mengelola keuangan dengan benar.1

Memprioritaskan Reinvestasi Bisnis untuk Pertumbuhan Eksponensial

Fokus utama Danu seharusnya adalah mengembangkan bisnis ponselnya, karena bisnis ini menawarkan pengembalian yang jauh lebih tinggi (pertumbuhan 100-200%) dibandingkan investasi pasar (10-11%).1

Bagi bisnis yang sehat dan berkembang, pengembalian investasi (ROI) dari menginvestasikan kembali modal ke dalam bisnis (misalnya, inventaris, pemasaran, ekspansi) hampir selalu jauh lebih tinggi daripada pengembalian pasar yang khas.

Ini menyiratkan bahwa bagi pengusaha, bisnis mereka seringkali merupakan “kendaraan investasi” terbaik mereka, dan mereka harus memprioritaskan penskalaan bisnis tersebut sampai peluang pertumbuhan habis.

Alokasi Modal Strategis untuk Ekspansi Bisnis (CAPEX, Pemasaran, Akuisisi)

Tugas utama seorang CEO adalah “capital allocation” (alokasi modal).1

Prioritas untuk pertumbuhan bisnis adalah:

  1. CAPEX (Capital Expenditure): Membuka lebih banyak cabang (toko fisik).
  2. R&D/Pemasaran: Berinvestasi dalam pemasaran (misalnya, meng-endorse orang, meningkatkan jumlah pengikut media sosial seperti Instagram “Baxon Store” dari 2 ribu menjadi 20 ribu pengikut).1
  3. Akuisisi: Mengakuisisi toko ponsel yang lebih kecil.
  4. Dividen/Pembelian Kembali Saham: Hanya setelah peluang pertumbuhan di atas habis.1

Para pembawa acara memberikan hierarki yang jelas untuk alokasi modal dalam suatu bisnis. Ini adalah pemahaman yang mendalam karena bergerak melampaui sekadar “reinvestasi” menjadi bagaimana mereinvestasi secara strategis.

Ini menekankan bahwa peluang pertumbuhan internal bisnis (CAPEX, R&D/Pemasaran, M&A) harus diprioritaskan di atas investasi eksternal (seperti saham atau obligasi) karena mereka biasanya menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi dan lebih langsung.

Dividen atau pembelian kembali saham adalah pilihan terakhir, hanya ketika peluang pertumbuhan internal habis. Ini memberikan peta jalan yang jelas bagi pengusaha untuk memaksimalkan potensi bisnis mereka.

Disarankan untuk melikuidasi investasi Danu saat ini dan menginvestasikan kembali modal ke dalam bisnisnya untuk mengembangkannya.1

Studi Kasus 7: Adenanta – Strategi Defensif Pembalap Berisiko Tinggi

Adenanta, 21 tahun, adalah seorang pembalap motor profesional.1 Pendapatan kontrak tahunannya 200 juta Rupiah, ditambah bonus sekitar 1500 USD per balapan.1 Total pendapatan tahunannya rata-rata 450 juta Rupiah.1

Ini adalah tahun ketiganya balapan, tetapi bonus signifikan baru didapat dalam dua tahun terakhir karena peningkatan prestasinya.1

Asuransi kesehatannya ditanggung tim, tetapi ia tidak memiliki asuransi jiwa.1 Dana daruratnya hanya 25 juta Rupiah, yang dianggap “kecil banget”.1

Saran Ahli: Mitigasi Risiko Profesional dengan Investasi Hiper-Defensif

Dana darurat Adenanta terlalu kecil mengingat profesinya yang berisiko tinggi.1

Karena risiko cedera yang melekat dalam balapan (yang dapat mengakhiri karier dan pendapatannya), ia harus “hyper defensive” dalam investasinya.1 Profesi pembalap motor secara inheren berisiko tinggi, dengan korelasi langsung antara kesehatan fisik dan perolehan pendapatan. Pemahaman inti di sini adalah bahwa strategi investasi seseorang harus selaras dengan dan mengkompensasi profil risiko inheren dalam hidup mereka.

Karena kariernya “berisiko tinggi,” investasinya harus “berisiko rendah” untuk menyeimbangkan keseluruhan paparan risiko. Ini mencegah akumulasi risiko (misalnya, cedera yang mengakhiri karier + kehancuran pasar) yang dapat menyebabkan hasil finansial yang bencana.

Portofolio Berisiko Rendah yang Direkomendasikan (RDPU, RD Obligasi)

100% dari pendapatannya harus dialokasikan ke aset berisiko rendah.1

Kelas AsetAlokasi (%)
Reksa Dana Pasar Uang (RDPU)50%
Reksa Dana Obligasi (RD Obligasi)50%

Catatan: Adenanta tidak boleh menyentuh saham atau kripto.1

Resep 100% RDPU dan obligasi, tanpa eksposur saham atau kripto, untuk Adenanta, adalah pemahaman yang kuat.

Ini menekankan bahwa bagi individu dengan aliran pendapatan yang sangat tidak pasti atau tidak terduga (seperti atlet profesional yang kariernya dapat berakhir tiba-tiba karena cedera), pelestarian modal dan likuiditas segera menjadi yang terpenting di atas pertumbuhan.

Tujuannya adalah untuk membangun penyangga finansial yang substansial dan mudah diakses (“cash yang bertumpuk-tumpuk”) untuk menahan gangguan karier yang tidak terduga, daripada mengejar pengembalian pasar yang dapat hilang karena volatilitas.

 


7 Pelajaran & Prinsip Utama Tentang Investasi

Dari semua diskusi, ada beberapa prinsip investasi dan keuangan fundamental yang berulang kali ditekankan. Ini adalah inti dari kearifan yang dibagikan, berlaku untuk hampir semua investor.

1) Alpha vs. Beta

Mencari alpha (mengalahkan pasar) sangat sulit. Bagi investor non-profesional, strategi beta (mengikuti indeks pasar seperti S&P 500) adalah jalur yang lebih andal dan efisien untuk pertumbuhan jangka panjang.

Mencapai alpha sangat sulit bagi non-profesional; beta (mengindeks) lebih dapat diandalkan.1 Bagi sebagian besar orang, terutama yang memiliki waktu terbatas, pengindeksan sederhana (S&P 500 melalui VOO/VTI) adalah yang terbaik.1

Untuk mereka yang mencari sedikit kinerja lebih tanpa pemilihan saham aktif, dapat menggunakan advanced beta seperti factor tilting (kasus Alexander).1 Advokasi kuat para pembawa acara untuk strategi beta (pengindeksan) bagi sebagian besar investor, dengan mengutip kesulitan ekstrem dalam mencapai alpha, secara implisit mengakui efisiensi pasar keuangan modern.

Ini menunjukkan bahwa secara konsisten mengalahkan pasar adalah pencapaian yang langka, bahkan untuk para profesional, dan bahwa bagi investor rata-rata, upaya untuk melakukannya seringkali menyebabkan kinerja yang buruk karena biaya, bias perilaku, dan kurangnya keunggulan informasi. Merangkul beta adalah penerimaan pragmatis terhadap efisiensi pasar.

2) Menguasai Toleransi Risiko dan Alokasi Aset

Penting untuk memahami “lingkaran kompetensi” seseorang (prinsip Warren Buffett) dan tidak mengikuti orang lain secara membabi buta.1

Konsep “lingkaran kompetensi” dan penekanan pada kesadaran diri (“pengetahuan atas dirinya yang tinggi”) sangatlah penting. Ini menunjukkan bahwa manajemen risiko yang efektif dalam berinvestasi dimulai bukan dengan analisis pasar, tetapi dengan introspeksi.

Memahami batasan pengetahuan, bias emosional, dan keadaan hidup seseorang (misalnya, risiko karier) sangat penting untuk memilih strategi investasi yang tepat. Tanpa kesadaran diri ini, investor cenderung membuat keputusan yang didorong oleh mentalitas kawanan atau kepercayaan diri yang berlebihan, yang menyebabkan paparan risiko yang tidak selaras.

Alokasi yang disesuaikan dengan risiko: kehidupan berisiko tinggi (pembalap) membutuhkan investasi berisiko rendah; aset berisiko tinggi (Bitcoin) membutuhkan alokasi terkontrol (maksimal 10-30%) dan jangka waktu yang panjang.1

3) Kekuatan Dollar-Cost Averaging (DCA) dan Rebalancing

Nasihat konsisten di seluruh penanya adalah penggunaan DCA untuk tabungan reguler.1

Rebalancing adalah penyesuaian bobot portofolio ketika aset berkinerja berbeda (misalnya, memindahkan keuntungan dari altcoin berkinerja tinggi kembali ke dana indeks inti).1

DCA dan rebalancing adalah proses sederhana dan berulang yang menghilangkan emosi dari investasi.

Pemahaman yang muncul adalah bahwa strategi investasi yang otomatis dan disiplin seringkali mengungguli perdagangan aktif yang impulsif untuk akumulasi kekayaan jangka panjang.

DCA meratakan titik masuk pasar, dan rebalancing memaksa investor untuk “membeli rendah dan menjual tinggi” dengan mempertahankan alokasi target, memanfaatkan volatilitas pasar daripada menjadi korbannya.

4) Di Luar Investasi: Pentingnya Literasi Keuangan dan Kecerdasan Bisnis

Literasi keuangan: belajar akuntansi untuk pengusaha (kasus Danu).1 Pemahaman bisnis: menganalisis fundamental perusahaan (kasus Vira) dan economic moats (kasus James).1

Bagi Vira, meskipun portofolionya kompleks, para pembawa acara menekankan bahwa “earnings power” (daya pendapatan) adalah “senjata paling utama” (senjata terpenting) untuk membangun kekayaan.1 Ini menunjukkan bahwa bagi banyak individu, terutama mereka yang memiliki potensi penghasilan tinggi, memaksimalkan pendapatan dan tingkat tabungan adalah pendorong akumulasi kekayaan yang lebih langsung dan kuat daripada mengoptimalkan pengembalian investasi.

Pengembalian investasi mengkompoundkan modal yang ada, tetapi tingkat tabungan yang tinggi dengan cepat meningkatkan modal yang tersedia untuk dikompoundkan.

5) Alokasi Modal Strategis untuk Pengusaha

Memprioritaskan reinvestasi bisnis di atas investasi pasar eksternal untuk ROI yang lebih tinggi (kasus Danu).1

Memahami CAPEX, R&D/Pemasaran, Akuisisi sebagai pendorong pertumbuhan.1 Bagi Danu, para pembawa acara beralih dari investasi pasar ke alokasi modal dalam bisnisnya. Ini mengangkat pengambilan keputusan wirausaha menjadi bentuk “investasi.”

Bagi pemilik bisnis, “investasi” yang paling berdampak seringkali kembali ke usaha mereka sendiri, karena ROI dari penskalaan bisnis yang sehat biasanya jauh melebihi pengembalian pasar.

Ini mengubah peran pengusaha sebagai alokator modal utama, di mana pengeluaran strategis untuk pendorong pertumbuhan (CAPEX, pemasaran) adalah bentuk penciptaan kekayaan yang paling ampuh.

6) Penekanan pada Asuransi Jiwa dan Hidup Hemat

Adenanta harus menabung sebanyak mungkin dan hidup hemat, karena pendapatannya yang tinggi mungkin tidak akan bertahan selamanya.1 Asuransi jiwa sangat disarankan, terutama jika ia berencana berkeluarga, untuk cakupan yang besar.1

Ia juga diperingatkan untuk tidak terjebak dalam gaya hidup hedonis yang sering dikaitkan dengan pembalap, dan tetap fokus pada prestasi serta investasi berisiko rendah.1 Jika hidup seseorang sudah berisiko tinggi, investasinya harus berisiko rendah; jika tidak, ia akan kewalahan menghadapi risiko.1

Ini adalah contoh kuat dari manajemen risiko holistik. Ini bukan hanya tentang volatilitas portofolio tetapi tentang mengintegrasikan risiko kehidupan pribadi (seperti cedera yang mengakhiri karier) ke dalam keputusan investasi. Ini menunjukkan bahwa perencanaan keuangan harus mempertimbangkan konteks kehidupan individu yang lebih luas, memastikan bahwa pilihan investasi melengkapi, daripada memperburuk, risiko non-finansial yang ada.

7) Menyelaraskan Risiko Investasi dengan Realitas Kehidupan

Profesi berisiko tinggi (pembalap) membutuhkan investasi berisiko rendah.1

Pentingnya asuransi jiwa untuk profesi berisiko tinggi.1 Nasihat kepada Adenanta adalah contoh kuat dari manajemen risiko holistik. Ini bukan hanya tentang volatilitas portofolio tetapi tentang

mengintegrasikan risiko kehidupan pribadi (seperti cedera yang mengakhiri karier) ke dalam keputusan investasi. Ini menunjukkan bahwa perencanaan keuangan harus mempertimbangkan konteks kehidupan individu yang lebih luas, memastikan bahwa pilihan investasi melengkapi, daripada memperburuk, risiko non-finansial yang ada.

Pesan yang cukup mengena …

The Timothy Ronald Show pada 20 Juni 2025 sekali lagi menegaskan nilai tak ternilai dari panduan investasi yang praktis dan disesuaikan, yang didasarkan pada skenario dunia nyata dan pengalaman ahli.

Tidak semua orang cocok dengan strategi investing yang sama. Bahkan, dalam kondisi market yang sama pun, pendekatan antara seorang pembalap dan seorang dokter bisa sangat berbeda.

Melalui berbagai profil penanya, mulai dari investor pemula yang agresif hingga pengusaha yang sedang berkembang dan pembalap berisiko tinggi, acara ini secara efektif menunjukkan bahwa tidak ada satu pun strategi investasi yang cocok untuk semua orang. Keuangan pribadi adalah perjalanan yang sangat individual, dan setiap keputusan harus dipertimbangkan dalam konteks unik kehidupan, tujuan, dan toleransi risiko seseorang.

Kutipan Prof. Kalimasada: “Kalau kamu belum ngerti BCA aja, jangan nekat masuk crypto.”

Pelajaran utama yang dapat diambil adalah pentingnya literasi finansial yang berkelanjutan, pemahaman mendalam tentang aset yang dimiliki, dan disiplin dalam strategi investasi seperti Dollar-Cost Averaging dan rebalancing. Bagi para pengusaha, prioritas utama harus selalu pada reinvestasi dalam bisnis yang sehat, karena potensi pengembaliannya seringkali jauh melampaui pasar modal. Bagi individu dengan profesi berisiko tinggi, strategi investasi harus bersifat defensif untuk menyeimbangkan risiko keseluruhan dalam hidup.

Kutipan Timothy Ronald: “Index itu bukan follow orang, itu follow the market.”

Para pembawa acara secara konsisten mendorong pendengar untuk menutup “knowledge gap” (kesenjangan pengetahuan) mereka dan tidak takut untuk belajar.1 Ini adalah panggilan untuk tindakan: beralih dari konsumsi pasif informasi menjadi pengambilan keputusan yang aktif dan terinformasi. Dengan menerapkan wawasan ini, pembaca Anjrahweb.com dapat memberdayakan diri mereka sendiri untuk membangun portofolio yang tangguh dan mencapai kebebasan finansial yang berkelanjutan.

 


 

Data Saham dan ETF yang Disebutkan

 

Untuk membantu pembaca memahami dan melacak aset yang dibahas, berikut adalah daftar saham dan ETF yang disebutkan dalam acara, beserta deskripsi singkat dan kode sahamnya.

Anda bisa gunakan untuk melacak dan mencari tahu lebih detail semua yang sudah disebut dalam Timothy Ronald Show ini.

Misal mau nonton videonya langsung silakan simak juga dalam youtube berikut ini:

Mari kita lanjutkan ke daftar istilah yang dipakai selama live tadi.

Tabel 6: Istilah & Definisi Investasi Utama

IstilahDefinisi Singkat
AlphaKemampuan suatu investasi untuk mengalahkan pengembalian pasar yang disesuaikan dengan risiko. Sangat sulit dicapai secara konsisten oleh investor non-profesional.
BetaUkuran volatilitas suatu aset relatif terhadap pasar secara keseluruhan. Strategi beta bertujuan untuk melacak kinerja pasar.
Home BiasKecenderungan investor untuk berinvestasi secara berlebihan di pasar domestik mereka, meskipun ada peluang global.
Economic MoatKeunggulan kompetitif yang berkelanjutan yang dimiliki suatu perusahaan, melindunginya dari persaingan.
Dollar-Cost Averaging (DCA)Strategi investasi di mana jumlah uang tetap diinvestasikan secara teratur dalam suatu aset, terlepas dari harga aset tersebut.
Factor TiltingStrategi investasi yang secara sistematis memiringkan portofolio ke faktor-faktor (misalnya, nilai, kapitalisasi kecil) yang secara historis menunjukkan premium pengembalian.
VTIVanguard Total Stock Market ETF. Melacak kinerja seluruh pasar saham AS. 2
VEAVanguard FTSE Developed Markets ETF. Melacak kinerja pasar saham negara maju di luar AS dan Kanada. 3
VWOVanguard FTSE Emerging Markets ETF. Melacak kinerja pasar saham negara berkembang. 5
AVUVAvantis® U.S. Small Cap Value ETF. Berinvestasi pada saham-saham nilai berkapitalisasi kecil AS. 6
AVDVAvantis® International Small Cap Value ETF. Berinvestasi pada saham-saham nilai berkapitalisasi kecil internasional. 8
VOOVanguard S&P 500 ETF. Melacak kinerja indeks S&P 500, yang mewakili saham-saham berkapitalisasi besar AS. 10
GLDSPDR® Gold Trust. ETF yang melacak harga emas batangan, didukung oleh emas fisik. 17
VMFXXVanguard Federal Money Market Fund. Reksa dana pasar uang yang berinvestasi pada sekuritas pemerintah AS jangka pendek, bertujuan untuk menjaga harga saham stabil $1. 15
Pax Gold (PAXG)Token emas yang di-tokenisasi, di mana setiap token mewakili satu ons troy emas batangan fisik. 19
MSTRMicroStrategy Incorporated Common Stock Class A. Perusahaan perangkat lunak yang juga berinvestasi besar-besaran di Bitcoin. 25
NEONeogenomics Inc. Perusahaan diagnostik kanker, bukan perusahaan mobil listrik seperti yang disalahpahami oleh penanya. 13
ST10Obligasi Pemerintah Indonesia 10 Tahun. Obligasi negara dengan tenor 10 tahun. 27

Kalau masih ada yang belum disebut atau keliru, sampaikan di kolom komentar ya gaes

Tabel 7: Saham Indonesia yang Disebutkan (untuk Konteks)

TickerNama PerusahaanDeskripsi Singkat
PANIPT Pantai Indah Kapuk Dua TbkPengembang real estat dengan konsep area perumahan dan produk komersial. 29
PANThe Bank Pan Indonesia TbkBank komersial di Indonesia. 30
MINDMining Industry Indonesia (MIND ID)Perusahaan induk industri pertambangan milik negara Indonesia. 31
BBCAPT Bank Central Asia TbkSalah satu bank swasta terbesar di Indonesia, dikenal dengan layanan perbankan konsumen. 12
BBRIPT Bank Rakyat Indonesia (Persero) TbkBank milik negara terbesar di Indonesia, fokus pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). 32
BSRBinh Son Refining and Petrochemical Co LtdPerusahaan penyulingan dan petrokimia yang berbasis di Vietnam. Disebutkan oleh penanya sebagai saham Indonesia, tetapi sebenarnya bukan. 33
HILPT. Hillcon TbkKontraktor sipil dan pertambangan, khususnya nikel, dengan ekspansi ke real estat dan alat berat. 34

Misal masih ada yang keliru tolong infokan di kolom komentar ya gaes.


Cara Membeli Saham Saham di Atas Bagaimana?

Kalau di indonesia setahuku sebagian bisa dibeli bahkan pakai rupiah dengan aplikasi android juga ios namanya Reku atau Kayaknya di Indodax ada juga.


 

Penjelasan Istilah dalam Saham (Bahasa Awam)

Selama menyimak show, kita mendengar beberapa istilah yang cukup asing ditelinga.

Utamanya buat orang awam soal pasar modal seperti saya.

Mari kita coba pelajari bersama beberapa istilahnya

  1. Alpha (Mengalahkan Pasar)

    • Apa itu: Bayangkan pasar saham itu seperti perlombaan lari maraton. Kalau Anda bisa lari lebih cepat dari rata-rata pelari di maraton itu, berarti Anda menghasilkan “alpha”. Dalam investasi, ini adalah kemampuan untuk mendapatkan keuntungan lebih tinggi dibandingkan tolok ukur (misalnya, indeks S&P 500) setelah disesuaikan dengan risiko.
    • Mengapa Sulit: Seperti kata Ray Dalio, mencari alpha itu lebih sulit dari renang Olimpiade. Begitu rahasia atau strategi Anda diketahui banyak orang, keuntungan ekstra itu akan lenyap. Bagi investor awam, mencari alpha ini sangat memakan waktu dan seringkali berakhir dengan hasil yang lebih buruk daripada sekadar mengikuti pasar.
  2. Beta (Mengikuti Pasar)

    • Apa itu: Jika alpha adalah “mengalahkan”, maka beta adalah “mengikuti”. Ini berarti Anda berinvestasi sedemikian rupa sehingga portofolio Anda bergerak kurang lebih sejalan dengan pasar secara keseluruhan. Jika pasar naik 10%, portofolio Anda juga naik sekitar 10%.
    • Mengapa Relevan: Bagi sebagian besar dari kita yang bukan investor profesional penuh waktu seperti Timothy atau Profesor Kalimasada, mengejar beta adalah strategi yang lebih realistis dan efisien. Daripada pusing memilih saham mana yang akan jadi jawara, lebih baik kita “beli pasarnya” secara keseluruhan. Warren Buffett sendiri menyarankan ini untuk banyak investor.
  3. Home Bias (Bias Lokal)

    • Apa itu: Ini adalah kecenderungan alami kita untuk berinvestasi di negara atau pasar tempat kita tinggal atau merasa familiar. Misalnya, orang Indonesia lebih suka beli saham-saham Indonesia karena beritanya mudah didapat dan merasa lebih “kenal”.
    • Bahaya: Seperti yang dibahas di show, pasar Indonesia itu hanya 0,1% dari total likuiditas global. Kalau semua telur ditaruh di satu keranjang (pasar lokal), Anda kehilangan banyak peluang di pasar global yang jauh lebih besar dan mungkin lebih efisien. Alexander dengan investasinya di saham Indonesia adalah contoh nyata dari bias ini.
  4. Economic Moat (Parit Ekonomi)

    • Apa itu: Ini adalah istilah favorit Warren Buffett. Bayangkan sebuah kastil di Abad Pertengahan; semakin lebar dan dalam parit di sekelilingnya, semakin sulit musuh menyerbu. Dalam bisnis, “economic moat” adalah keunggulan kompetitif unik yang melindungi perusahaan dari pesaing.
    • Contoh: Perusahaan seperti Bank BCA atau Visa punya “moat” yang kuat karena mereka begitu mengakar dalam ekonomi atau memiliki jaringan yang sulit ditiru. Sebaliknya, membuka sekolah musik baru (kasus James) punya “moat” yang rendah karena siapa pun bisa melakukannya.
  5. Dollar-Cost Averaging (DCA)

    • Apa itu: Ini adalah strategi investasi yang sangat disiplin. Anda menginvestasikan jumlah uang yang sama secara teratur (misalnya, setiap bulan) ke dalam suatu aset, terlepas dari harganya naik atau turun.
    • Manfaat: Dengan DCA, Anda tidak perlu pusing memprediksi “kapan waktu yang tepat untuk masuk pasar”. Saat harga rendah, Anda membeli lebih banyak unit; saat harga tinggi, Anda membeli lebih sedikit. Ini merata-ratakan biaya pembelian Anda dari waktu ke waktu dan mengurangi risiko keputusan emosional. Alexander dan Vira disarankan untuk menerapkan ini.
  6. Rebalancing (Penyeimbangan Kembali Portofolio)

    • Apa itu: Bayangkan Anda punya kue yang dibagi-bagi untuk berbagai jenis aset (misalnya, 60% saham, 40% obligasi). Seiring waktu, nilai bagian-bagian kue itu akan berubah karena kinerja aset yang berbeda. Rebalancing adalah tindakan memotong sedikit dari bagian yang tumbuh besar dan memindahkannya ke bagian yang mengecil, agar pembagian kue Anda kembali ke proporsi awal.
    • Manfaat: Ini memastikan Anda tidak terlalu banyak terpapar pada satu aset yang mungkin sudah terlalu tinggi, dan memaksa Anda untuk “membeli murah” aset yang mungkin sedang turun. Disiplin rebalancing sangat ditekankan untuk Alexander dan Pedro.
  7. Factor Tilting (Kemiringan Faktor)

    • Apa itu: Ini adalah strategi “beta lanjutan”. Daripada hanya membeli seluruh pasar (seperti S&P 500), Anda “memiringkan” atau memberikan bobot lebih pada jenis saham tertentu (faktor) yang secara historis terbukti memberikan pengembalian lebih tinggi dalam jangka panjang, misalnya saham perusahaan kecil (small-cap) atau saham yang nilainya dianggap “murah” (value).
    • Contoh: Alexander direkomendasikan untuk menggunakan ETF seperti AVUV (small-cap value AS) dan AVDV (small-cap value internasional) untuk menerapkan factor tilting.
  8. Safe Haven (Aset Aman)

    • Apa itu: Ini adalah aset yang cenderung mempertahankan nilainya atau bahkan naik ketika pasar secara keseluruhan sedang kacau atau ada ketidakpastian ekonomi/politik.
    • Contoh: Emas adalah contoh klasik aset safe haven, seperti yang terlihat dari lonjakan harganya saat konflik Iran-Israel memanas.
  9. Earnings Power (Daya Pendapatan)

    • Apa itu: Bukan hanya berapa banyak uang yang Anda hasilkan, tetapi seberapa besar kemampuan Anda untuk secara konsisten dan signifikan meningkatkan pendapatan aktif Anda (dari pekerjaan atau bisnis) dan mengkonversikannya menjadi tabungan.
    • Mengapa Penting: Seperti yang ditekankan pada kasus Vira, daya pendapatan yang tinggi dan rasio tabungan yang besar adalah “senjata paling utama” untuk membangun kekayaan. Seringkali, meningkatkan penghasilan dan menabung lebih banyak bisa lebih berdampak daripada mengejar imbal hasil investasi yang sangat tinggi.

Lalu ETF Itu Apa Sih? Produk Selain ETF Apa Saja?

ETF (Exchange Traded Fund) adalah reksa dana yang diperdagangkan di bursa efek, mirip saham.

Tujuannya adalah untuk memberikan diversifikasi dan biasanya mengikuti indeks tertentu.

Namun, ada beberapa model lain yang memiliki tujuan serupa atau bisa digunakan sebagai alternatif, terutama bagi investor di Indonesia:

  1. Reksa Dana Indeks (Index Mutual Funds)

    • Apa itu: Ini adalah bentuk reksa dana tradisional yang juga bertujuan untuk melacak kinerja indeks tertentu (misalnya, indeks saham LQ45 atau indeks obligasi pemerintah). Perbedaannya, reksa dana dibeli langsung dari manajer investasi atau agen penjual, bukan di bursa saham setiap saat seperti ETF.
    • Padanan: Ini adalah padanan paling langsung dari ETF, hanya berbeda mekanisme perdagangannya. Beberapa reksa dana indeks yang bagus di Indonesia bisa menjadi alternatif VOO atau VTI jika akses broker internasional sulit.
  2. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds – RDPU)

    • Apa itu: Dana ini berinvestasi pada instrumen pasar uang yang sangat likuid dan berisiko rendah, seperti deposito atau surat utang jangka pendek.
    • Fungsi Mirip: Digunakan untuk menyimpan dana darurat atau uang tunai yang menganggur agar tetap menghasilkan sedikit imbal hasil tanpa risiko signifikan, seperti VMFXX yang direkomendasikan untuk Pedro.
  3. Reksa Dana Obligasi (Bond Funds)

    • Apa itu: Dana ini berinvestasi pada kumpulan obligasi (surat utang pemerintah atau perusahaan).
    • Fungsi Mirip: Memberikan eksposur pada pasar utang dengan diversifikasi bawaan, cocok untuk tujuan konservatif atau jangka menengah, seperti yang disarankan untuk Adenanta.
  4. Saham Blue-Chip Pilihan (dengan Hati-hati)

    • Apa itu: Membeli saham-saham perusahaan besar dan mapan (misalnya BBCA, BBRI di Indonesia) secara individual.
    • Fungsi Mirip (terbatas): Jika ETF atau reksa dana indeks sulit diakses, membeli beberapa saham blue-chip yang fundamentalnya sangat kuat (dan dipahami dengan baik!) bisa memberikan diversifikasi yang terbatas dibandingkan dengan “beta” murni indeks. Namun, ini tetap memiliki risiko idiosinkratik (risiko perusahaan tunggal) yang lebih tinggi daripada indeks. Contoh kasus Vira yang disarankan belajar BCA lebih dalam.
  5. Produk Asuransi Unit-Linked (dengan Keterbatasan)

    • Apa itu: Ini adalah produk asuransi yang juga memiliki komponen investasi. Dana investasi di dalamnya biasanya dikelola dalam bentuk reksa dana yang beragam.
    • Fungsi Mirip (terbatas): Bisa memberikan eksposur ke pasar modal, namun seringkali memiliki biaya yang lebih tinggi dan struktur yang lebih kompleks dibandingkan reksa dana murni atau ETF. Perlu pemahaman mendalam tentang biaya dan alokasi dan tidak disarankan sebagai instrumen investasi utama untuk tujuan murni pertumbuhan.

Ada istilah penting lain yang belum dibahas? Bisa googling atau tanyakan ke AI saja ya.

Sudaaah Selesai Ya

Terima kasih banyak sudah menyempatkan waktu untuk mampir dan belajar bersama di AnjrahWeb.com.

Tulisan ini, dengan segala kekurangannya, adalah catatan pribadi saya dari The Timothy Ronald Show edisi 20 Juni 2025.

Semoga bisa menjadi bekal berharga dalam perjalanan investasi Anda. No financial advise di sini, risetlah sendiri jika anda mau investasi.

Bagi yang ingin mendalami wawasan Timothy Ronald dan Prof. Kalimasada lainnya, jangan lewatkan artikel-artikel menarik berikut:

Jika ada salah dan keliru dalam penyampaian, saya mohon maaf sebesar-besarnya.

Kritik dan saran membangun selalu kami nantikan di kolom komentar.

Apabila Anda merasa artikel ini bermanfaat, jangan ragu untuk membagikannya kepada teman dan kerabat.

Oya, pantun dulu

Mencari ilmu finansial tak ada henti, Cakeep…

Berinvestasi butuh pemahaman sejati.

Semoga rezeki terus mengalir pasti, Cakeeep

Sampai jumpa di bahasan lainnya nanti.

Penyusun,

Anjrah Ari Susanto, Pengasuh Anjrahweb.com


Works cited

  1. Timothy Ronald Show https://www.youtube.com/live/1_X8gzBPrbs?si=osMPtRH0MCXPIrVE, Jumat, 20 Juni 2025
  2. VTI-Vanguard Total Stock Market ETF, accessed June 20, 2025, https://investor.vanguard.com/investment-products/etfs/profile/vti
  3. Vanguard FTSE Developed Markets ETF | VEA – Bright Directions, accessed June 20, 2025, https://brightdirections.com/wp-content/uploads/vea-fact.pdf
  4. VEA FTSE Developed Markets ETF – Vanguard Advisors, accessed June 20, 2025, https://advisors.vanguard.com/investments/products/vea/vanguard-ftse-developed-markets-etf
  5. VWO FTSE Emerging Markets ETF – Vanguard Advisors, accessed June 20, 2025, https://advisors.vanguard.com/investments/products/vwo/vanguard-ftse-emerging-markets-etf
  6. AVUV – Avantis® U.S. Small Cap Value ETF, accessed June 20, 2025, https://www.avantisinvestors.com/avantis-investments/avantis-us-small-cap-value-etf/
  7. Avantis US Small Cap Value ETF AVUV Performance – Morningstar, accessed June 20, 2025, https://www.morningstar.com/etfs/arcx/avuv/performance
  8. AVDV – Avantis® International Small Cap Value ETF, accessed June 20, 2025, https://www.avantisinvestors.com/avantis-investments/avantis-international-small-cap-value-etf/
  9. Avantis International Small Cap Value ETF (AVDV) Latest Prices, Charts & News – Nasdaq, accessed June 20, 2025, https://www.nasdaq.com/market-activity/etf/avdv
  10. VOO – Vanguard S&P 500 ETF, accessed June 20, 2025, https://institutional.vanguard.com/investments/product-details/fund/0968
  11. VOO-Vanguard S&P 500 ETF, accessed June 20, 2025, https://investor.vanguard.com/investment-products/etfs/profile/voo
  12. BBCA Stock Price and Chart – bank central asia – TradingView, accessed June 20, 2025, https://www.tradingview.com/symbols/IDX-BBCA/
  13. Neogenomics Stock Price Today (NASDAQ: NEO) Quote, Market Cap, Chart | WallStreetZen, accessed June 20, 2025, https://www.wallstreetzen.com/stocks/us/nasdaq/neo
  14. NeoGenomics, Inc. Common Stock (NEO) Institutional Holdings – Nasdaq, accessed June 20, 2025, https://www.nasdaq.com/market-activity/stocks/neo/institutional-holdings
  15. VMFXX Federal Money Market Fund – Vanguard Advisors, accessed June 20, 2025, https://advisors.vanguard.com/investments/products/vmfxx/vanguard-federal-money-market-fund
  16. VMFXX-Vanguard Federal Money Market Fund, accessed June 20, 2025, https://investor.vanguard.com/investment-products/mutual-funds/profile/vmfxx
  17. www.spdrgoldshares.com, accessed June 20, 2025, https://www.spdrgoldshares.com/usa/key-information/
  18. SPDR® Gold Shares (GLD®) – State Street Global Advisors, accessed June 20, 2025, https://www.ssga.com/us/en/intermediary/etfs/spdr-gold-shares-gld
  19. Pax Gold (PAXG) – Paxos, accessed June 20, 2025, https://www.paxos.com/pax-gold
  20. PAXG Coin: The Paxos Gold-Backed Crypto Solution | Gemini, accessed June 20, 2025, https://www.gemini.com/cryptopedia/what-is-pax-gold-paxg-token-paxos-gold-backed-crypto
  21. Configuring Your Account | Interactive Brokers LLC, accessed June 20, 2025, https://www.interactivebrokers.com/en/accounts/configuring-your-account.php
  22. Which broker has access to Indonesian stocks? – Reddit, accessed June 20, 2025, https://www.reddit.com/r/stocks/comments/1l7jdti/which_broker_has_access_to_indonesian_stocks/
  23. Discover forex and CFD trading with EsaFX on TradingView, accessed June 20, 2025, https://www.tradingview.com/blog/en/forex-cfd-trading-with-esafx-on-tradingview-50438/
  24. Indonesia – Imposes restrictions on foreign exchange earnings from natural resource exports | Investment Policy Monitor, accessed June 20, 2025, https://investmentpolicy.unctad.org/investment-policy-monitor/measures/5000/indonesia-imposes-restrictions-on-foreign-exchange-earnings-from-natural-resource-exports
  25. www.nasdaq.com, accessed June 20, 2025, https://www.nasdaq.com/market-activity/stocks/mstr
  26. MicroStrategy Incorporated Common Stock Class A (MSTR) Institutional Holdings – Nasdaq, accessed June 20, 2025, https://www.nasdaq.com/market-activity/stocks/mstr/institutional-holdings
  27. Indonesia 10-Year Bond Yield – Investing.com India, accessed June 20, 2025, https://in.investing.com/rates-bonds/indonesia-10-year-bond-yield
  28. Indonesia Launches the World’s First Publicly Offered Sovereign Blue Bond, accessed June 20, 2025, https://unsdg.un.org/latest/stories/indonesia-launches-world%E2%80%99s-first-publicly-offered-sovereign-blue-bond
  29. PANI Stock Price and Chart — IDX:PANI – TradingView, accessed June 20, 2025, https://www.tradingview.com/symbols/IDX-PANI/
  30. in.investing.com, accessed June 20, 2025, https://in.investing.com/equities/bank-panin#:~:text=The%20Bank%20Pan%20Indonesia%20Tbk%20stock%20price%20today%20is%201%2C180.
  31. Home – MIND ID, accessed June 20, 2025, https://mind.id/en
  32. BBRI Stock Price and Chart – bank rakyat indonesia – TradingView, accessed June 20, 2025, https://www.tradingview.com/symbols/IDX-BBRI/
  33. Binh Son Refining and Petrochemical Co Ltd Stock Price Today | HM: BSR Live – Investing.com, accessed June 20, 2025, https://www.investing.com/equities/binh-son-refining

PT. Hillcon Tbk [HILL] – IDNFinancials, accessed June 20, 2025, https://www.idnfinancials.com/hill/pt-hillcon-tbk

Back to Top

No comment yet, add your voice below!


Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *