AnjrahWeb.Com – Dari chat, curhat, diskusi yang terjadi. Saya sering menangkap ada bahasa kegalauan dari para bisnis owner jaman now. Antara memilih membangun tim digital marketing sendiri / lebih baik menitipkan iklan ke jasa iklan yang hari ini mejamur dimana mana.

Nah, di postingan kali ini, saya coba berikan ulasannya kepada anda semua. S A Y A  p e r t e g a s   P E N D A P A T  ini sangat S U B J E K T I F dari saya ya. Anggaplah pengetahuan saya baru segini segini-nya, baru sharing kepada para adik kelas yang sedang galau atas pengambilan keputusannya.

Sudah deal? Jadi makna subjektif, jelas akan sangat personal banget. Tapi, saya kasih beberapa penguat-nya mengapa saya memilih pendapat yang insya Allah saya uraikan lengkap dibawah ini.

Jalan Jalan Ke Senior Olshop Hebat

Alasan penguat yang saya maksudkan, alhamdulillah dibeberapa waktu lalu sempat bertemu dengan orang orang hebat. Hebat di sini, sebab secara omset memang sudah wow (tidak berani saya sebutkan, nanti keburu di dekati para pemburu pajak).

Saya melihat sendiri di proses bisnis yang suhu suhu tersebut jalankan. Tim apa saja yang beliau develop demi menyukseskan omset dahsyat yang sudah mereka hasilkan.

Semua jatuh pada beberapa kesimpulan bahwa, bisnis online yang joss itu polanya:

  • Emang dasar dia mastah, menguasai detail pemasaran online sampai seliang liang semutnya. Dia bertemu dengan pemilik produk / produsen yang open mind. Kolaborasi yang begini jadikan tumbuh bersama
  • Posisi sebaliknya. Pebisnis offline yang hebat. Produknya bagus. Lalu mengambil mastah online marketing guna fokus eksekusi segala project marketingnya.
  • Posisi bisnis owner tidak paham betul dunia online. Hadirkan ahli digital marketing yang dia paham ilmu coaching. Lalu dilakukan coaching internal setup tim digital marketing mandiri di dalam bisnisnya.
  • Bisnis owner fokus hanya pada produk. Kaitan dengan pemasaran dan tetek bengek-nya di serahkan kepada agency yang berpengalaman. Pemasaran di ousourchingkan.
  • Bisnis ownernya bukan orang online. Tim marketingnya bukan orang online, tapi paham proses bisnis. Kemudian rekrut gila gilaan anak muda yang paham online.

Tetapi kalau mau diringkas, Dua pola yang paling banyak saya dapati adalah:

  1. Pemilik Produk Kolaborasi sama Mastah. Mastah dijadikan bagian dalam tim-nya. Format bagi hasil / sistem komisi. Atau mastahnya dijadikan agen / reseller premium dia.
  2. Mastah yang kolaborasi dengan pemilik produk. Bisa diawali meresellerkan produknya, lalu kontrak eksklusif dengan brand baru yang dijual khusus oleh si mastah ini.

Lo, apa kaitannya dengan topik membangun tim digital marketing?

Sabar. Cara membangun tim bisnis online insya Allah tetap dibahas. Hanya saja, awal saya fahamkan filosofinya. Pasalnya begini, ini yang real terjadi di dunia bisnis online indonesia hari ini ya.

Lebih Baik Membangun Tim Digital Marketing Sendiri atau Pakai Jasa Iklan Saja
Gambar 1: Moment Sharing dengan UKM di pesantren bisnis indonesia

Aslinya, ada dua kutub yang aslinya saling ingin bertemu. Hanya saja, entah karena belum rejeki. Atau mereka yang kurang berusaha. Apa dua kutub tersebut?

  1. Kutub Mastah. Mereka ini pakar dan hebat dalam jualan. Mereka pusing cari winning produk yang bisa memaksimalkan bisnis yang dia jalankan. Mati matian mereka mencari produk, ada yang nyecrap data marketplace buat mencari santan produk pupuler / importir bagus. Intinya, Mastah ini need more good product. Good Profit tentunya. Maka tak jarang, para mastah ini sampai pada piknik ke cina buat cari relasi produk.
  2. Kutub Produsen. Mereka ahli bikin produk, hanya keluhannya susah ‘ngebuangnya’. Mati matian mereka belajar jualan online, banyak keluar duit demi membangun tim marketing online namun gagal gagal terus. Mereka butuh mastah yang memiliki konsep marketing bagus demi mensupport dirinya. Bahkan ada beberapa produsen yang saya kenal bersedia bikin whitelabel produk, penting dapur rumah tim produksinya tetap ngepul.

Dua orang ini, sama sama di indonesia. Hanya saja, nampaknya entah kok sulit banget buat saling bertemu. Padahal dua duanya saling merindukan satu sama lain. Haaaah. Entahlah harus bagaimana.

Kalau di cina, ada alibaba. Dimana alibaba ini web pusatnya para produsen / grosiran kelas internasional. Produsen yang masuk ke alibaba diverifikasi sehingga kualitas bisa ‘terjaga’ dan ‘amanah’. Nah, mastah tinggal stalking produk yang ada disitu, bisa dapat produk bagus dalam waktu singkat.

Marketplace produk ada, Kalau Marketplace mastah? Ada? nggak ada lah.

Para mastah yang bagus, biasanya mereka sendiri sudah memiliki bisnis yang establish. Mereka sudah sibuk kelola bisnis mereka sendiri. Sebagiannya, dirumah saja, ‘nggak ngapa ngapain’ duit saja diantar ke rumah.

Buat apa ribet ribet ‘naik kepermukaan’, ‘jualan diri’, ‘muncul ke panggung’. Sudah nikmat di rumah. La kerja sendiri aja hasilnya banyak, buat apa merepotkan diri urus masalah lain.

Kalau diminta bantuin memikirkan bisnis orang lain, lah mending buat membesarkan bisnis sendiri. Pusingnya buat memikirkan bisnis orang, bisa buat mengasah kemampuan tim sendiri / diri sendiri buat membesarkan bisnis yang sudah di rintis / dibesarkannya.

Hanya kecuali para mastah yang mendapatkan offer menarik. Atau terpanggil karena ada kesamaan value, atau ya kalau sudah klik chemistry-nya. Hal demikian bisa memancing para ‘mastah’ membantu bisnismu. Bikin mereka ‘keluar gua’.

Ingat, Hebat Pasarin 1 Produk, Belum tentu langsung Hebat Pasarkan Produkmu

Bisnis owner kadang over estimated dengan sosok mastah.

Mastah yang takabur, kadang juga over expectation atas apa yang dia bisa kerjakan.

“Maksudnya apa sih mas Anjrah?”, Batinmu.

Ku sampaikan faktanya, bahkan diriku sendiri yang beberapa orang anggap saya adalah seorang mastah, ahli menjual payung bolak balik ( andai mastahnya penjual produk yang pernah booming ini). Belum tentu dia bisa jualan herbal sakit gigi.

Ahli jualan produk herbal, belum tentu bisa jualan franchise kuliner. Dia terkenal jualan dengan teknik SEO, belum tentu juga ahli ketika diminta jualan melalui Email Marketing. Pakar facebook ads jualan fashion, belum tentu hebat juga ketika diminta jualan kambing Qurban.

komponen penting tim digital marketing
Gambar 2: Orang Pikir, Sekali Pasang Iklan Langsung Sukses. Padahal aslinya.

H A N Y A  S A J A, kalau mastah ini biasa tertib membaca data. Apapun ke ahlian dia jualan. Asal dia beneran paham cara jualan, bahkan dirinya sudah coba banyak produk, sudah maintenance bisnisnya cukup lama. Seorang mastah biasanya punya BLUE PRINT pemasaran yang lebih menyingkat waktu di uji cobakan di bisnismu. Daripada memulai segalanya dari Nol.

Mastah itu sudah terasah feelingnya dalam membaca data, membuat landingpage, membuat alur funnelingnya, sampai alur followup di Customer supportnya. Ilmu ini yang sebaiknya di gali, lalu dijadikan SOP / mekanisme training bagi tim marketing di suatu perusahaan.

Semoga bisa memahami apa yang saya maksudkan.

La terus, kesimpulannya bagaimana nih? Lebih Baik Membangun Tim Digital Marketing Sendiri / Pakai Jasa Iklan?

Hasil pengamatan saya ke beberapa perusahaan online yang sudah hasilkan milyaran SECARA K O N S I S T E N. Kesemuanya membangun internal tim digital marketing. SEMUANYA!

Para bisnis owner ini, habis habisan invest dalam membangun tim. 

Sampai pernah di salah satu sesi sharing salah satu milyader ini, dia hadirkan karyawannya. Dialognya kurang lebih.

Dia tanya ke karyawannya, “Kamu habis bikin rugi iklan berapa banyak?”. Karyawannya sambil senyum bilang, “10 Juta, di kasih bos duit 10 juta suruh habiskan, ya saya habiskan. Eh tidak profit“.

Lalu si bos ini hadirkan lagi karyawan lainnya. Seorang mbak mbak. Mbak mbak ini selama enam bulan sukses membuat perusahaan rugi / bangkrut. Namun, setelah melalui badai krisis. Kontribusi mbak ini dan tim dibawahnya bisa bikin freecash 1 M dalam setahun.

ROLE PERAN TIM DALAM BISNIS ONLINE

Biasanya, kombinasi ROLE / PERAN tim yang di desain: DESIGNER, ADVERTISER, SALES, Web Developer, dan FUNGSI LEADER yang juga Marketer + punya skill entrepreneur. Mau tambahkan finance ndak papa.

Hanya saja yang paling urgent dalam bisnis online, ROLE yang dibutuhkan di komposisi tim marketing / digital marketingnya:

  1. Desainer. Dia role membuat video / poto yang memang konversinya bagus. Syukur bisa ada fotografer yang membackup dirinya
  2. Advertiser. Paham detail panel panel iklan. Fb ads, Google Ads, IG ads, Bahkan kalau perlu SEO serta ilmu TRAFFIC GENERATOR lainnya.
  3. SALES. traffic sudah datang, tugas orang trampil mengubah visitor jadi duit.  CS-lah sebutannya. Hari ini sampai ada yang buat CS 24 jam demi memaksimalkan pelayanan ke pelanggan.
  4. WEB DEVELOPER. ya namanya aja bisnis online, ya fungsi seorang ‘kontraktor’ rumah harus ada.

Kala nanti sudah berkembang bisa ditambahkan HRD, FINANCE gitu (dalam kaitannya kalau bisnis mandiri).

Awal awal penting hebat cari cash lah. Kecuali dirimu perusahaan starup kayak gojek, tokped, dan lain sebagainya yang hobby kejar market share sehingga bisa dapat suntikan dana dari investor. Tidak untung bukan masalah.

cara membangun tim marketing online
Gambar 3: Impian bikin tim digital marketing / pakai jasa, bakal langsung laris. Aslinya?

Membangun tim online sendiri bukan tanpa kelemahan:

  • Kadang memakan waktu dan biaya yang lama
  • Belum punya talent yang bagus buat tim-nya
  • Kalau belum punya metode yang proven / blueprint, siap siap uang cadangan buat research.
  • Resiko tim udah pinter malah resign, dll

Keuntungan punya tim toko online sendiri?

  • Kalau tim kita dianggap sudah mampu handle suatu produk, tinggal duplikasi
  • Pekerjaan rame rame, jelas hasilnya juga rame rame
  • Kita atur atur juga mudah.
  • Mudah dalam pemantauan kinerja dan lain sebagainya, dll

Bagaimana keuntungan dan kerugian mempergunakan Jasa Iklan?

Saya tidak dalam rangka menuduh orang seorang atau agenci iklan. Ada agenci yang bagus banget (sampai bikinkan materi promo bentuk video dan alur funnelnya yang istimewa). Ada juga yang, relatif tidak memberi dampak bagi kita selain dia habiskan budget iklan di jalan yang tidak benar.

Saya pribadi, kalau anda sudah meriset bahwa ada seorang mastah pakar di dunia online, dia ahli cari lead. Halal halal saja mastah itu kita amanahi project pemasarannya. Cuma, kitanya yang harus tau benar, apa sih parameter yang jadi peganggan dari kualitas jasa iklan yang kita sewa.

Misalnya, parameter yang mudah, katakanlah anda iklan Rp 1.000.000.00, parameter keberhasilan yang ingin dipantau dalam iklan facebook ads antara lain:

  • PENTING! Ukur dulu kebiasaan sebelum iklan seperti apa. Pengunjungnya, jumlah leadnya, jumlah omsetnya?
  • Kunjungan ke Website?
  • Jumlah Chat harian yang masuk ke Whatsapp?
  • Jumlah Telepon masuk?
  • Yang mengisi form order?
  • Yang belanja melalui add to cart?
  • Jumlah inbox fanspage?
  • Komentar yang masuk?

Lah mas, like ndak di hitungkah?

Ndak lah. Like/ suka itu parameter paling dasar banget. Bayangkan aja, indonesia berapa banyak orang yang hidupnya santai tiap hari nggak ada kerjaan. Kerjaan utamanya nge-like status status temen temennya.

buyers cycle bagan tahapan keputusan pembelian konsumen
Gambar 4: Alur Funnel Seseorang Memutuskan Beli, Tidak Sesimpel Tau iklan langsung beli

Banyak orang yang super berlimpah waktunya padahal tidak masuk target market kita padahal dia hobi nge-suka / nge-like status orang. Apakah parameter like beginian yang mau dijadikan parameter?

Minimal ya alur berpikirnya:

  • Saya iklan satu juta sebulan.
  • Berapa pengunjung web kita? Misal 100/hari. Artinya 3000/bulan
  • Berapa yang nge-whatsapp/telepon/sms (kita sebut semuanya LEAD). Lead 50/hari. Artinya 1500/bulan
  • Berapa sales / orderan yang masuk. Misalnya, 5 order / hari. Omsetnya perhari 5 x Rp 2.000.000,00
  • Hpp Produk misalnya Rp 800rb/produk.
  • Maka cobalah menghitung, ditambah bonus / itungan gaji CS harian dan rencana profit perusahaan anda.

Apakah masih profit? misal masih profit, iklan bisa dilanjutkan? monggoh saja. Atau mau di evaluasi, misal budget ads kita naikkan, apakah si penyedia jasa iklan bisa konsisten memberikan lead yang lebih baik dimana ujung ujungnya profit kita naik / ndak?

Hanya, setiap produk kadang memiliki learning cost.

LEARNING COST dalam Iklan Produk/ Jasa, Apa saja!

Maksudnya apa?

Katakanlah begini. Ini berlaku pada iklan jenis apapun.

Layaknya, seperti anda beriklan di iklan baris koran, pasang baliho, pasang iklan offline jenis apapun. Bahasa yang tepat, bisa memberikan dampak penjualan instan yang langsung terasa. Salah desain, salah offer (berbalut ah ini branding, padahal salah konsep sejak awal) berakibat sepi pengunjung.

Perusahaan besar sampai benar benar memikirkan, mengukur, perubahan dari detail materi promo yang mereka keluarkan. Mereka tak segan segan mengganti materi promo, jika materi promo yang sudah diriset dan dipasang tidak memberikan efek apa apa ke penjualan.

Sama dalam dunia online.

Umumnya, kalau si jasa iklan sebelumnya tidak ada pengalaman meng-handle klien yang seperti anda punya. Biasanya, pemilik bisnis merasa, udah iklan kok nggak ngefek ya. Padahal, baik facebooknya sendiri / si jasa iklan, sedang mencari pola iklan terbaiknya.

coaching kelas workshop bisnis online untuk bisnis owner
Gambar 5: Data sukses dan Berhasil Sebagai Pengambilan keputusan

POLA MENCARINYA Ini yang kadang take time. Bagi saya sendiri, saya lebih suka, kalau tim internal saya sendiri yang melakukan penemuan pola ini. Sebab, ilmunya banyak.

Kalaulah tim jasa iklan yang menemukan, itu jadi kekayaan mereka. Ibaratnya, mereka riset, dibiayai kita. Cuma kita-nya nggak dapat data datanya. So, mending riset sendiri. Tim kita makin pinter, Datanya makin banyak. Tim makin paham bagaimana arena permainannya.

Kalau mereka sudah pernah handle klien seperti anda, biasanya dalam waktu singkat sudah memberikan efek. Efek dalam makna ya kerasa di lead masuk, web pengunjungnya, jumlah omset, CS-nya udah kerasa sibuk dan lain lain.

Kekayaan data seperti apa sih yang dimaksud mas Anjrah?

Simpelnya saja.

Kita jadi tahu, Angle jualannya (pendekatan jualannya).

Maksud angle jualan tu begini.

Sudah pernah saya tulis sih dalam artikel anjrahweb. Artikel yang ini  atau yang Ini (baca aja).

Ehm, atau gini deh ringkasnya.

Produk/ Jasa: Misalnya kita jaulan herbal diabetes.

Target Market: 

  • Penderita diabetesnya, orangnya langsung
  • Istri penderita diabetes
  • Anak penderita diabetes
  • Teman orang yang punya kasus diabetes

Kira kira, angle bahasa jualan ke empat macam target market ini, sama atau beda?

Okelah, misal kita memilih mau jualan ke penderita diabetesnya langsung. Kira kira efektif mana penggunaan bahasa iklannya:

  • Menakut nakuti dia dengan kematian, bahwa diabetes membunuh sekian persen orang?
  • Bahasa persuasif untuk terus positif bahwa setiap penyakit ada obat, lalu kita tawarkan obatnya
  • Menyampaikan info obat kita obat komplementer yang mendukung segala upaya pengobatan yang dia lakukan
  • Mengingatkan dia soal impian hidup lebih baik bareng anak cucunya?

Kira kira bahasa mana yang pas sebagai bahasa jualan produk diabetes milikmu?

PASAR yang mengerti jawabannya.

Oke. Katakanlah, kita anggap ide jualan Mengingatkan dia soal impian hidup lebih baik bareng anak cucunya itu paling bagus.

Pertanyaan selanjutnya. Ide ini di pasarkan melalui Foto? Video? Butuh landingpage di website? Mau disuruh telepon / Whatsapp? atau COD?

Waaaaaaah, panjang ternyata risetnya ya pak Anjrah?

gambar kurva perjalanan sebuah produk anjrahweb
Gambar 6 : Kurva perjalanan hidup sebuah produk / jasa. Fase depan ‘berat beratnya’ di iklankan

Ya. memang.

Maka kadang, misal ada temen, “Njrah, dirimu kan pinter jualan online. Mbok nitip produk saya. Nitip jualkan nanti bagi hasil“.

Pada beberapa kesempatan saya cuma jawab dalam batin macem film filem drama dan sinetron indonesia, mbatin kok ada suaranya (utamanya untuk produk yang secara feeling masih awal banget, tahap product development):

Gundulmu nitap nitip mas/mbak. He he he. Biaya riset-nya siapa yang mau biaya’in??

Nitip mbokyao pengertian, ini mas bagian beli siomay-nya, ini buat nduren, ini buat khusus budget iklan, ini buat staff baru yang bantu njenengan ngurusi produk saya.

Ini nanti profitnya bagi hasil sekian buat njenengan.. Wakakka.. Nitip tu yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia begini lo hehe.”.

Maka, saya berusaha jujur. Baik dalam produk digital yang saya buat / sesi sering offline.

Saya sharing melalui forum privat coaching, mebelpreneur, iibf selalu mencoba memberikan arahkan bagaimana bisnis owner memandang digital marketing sebagai BISNIS OWNER betulan.

Bukan sekedar sebagai operator iklan facebook / iklan google ads. Mindset bisnis owner sebagai kendalinya. Cara pandang marathon dalam bisnis, bukan sekedar instan iklan semata mata.

Jadi, paham ya,  digital marketing bukan SEBATAS BERIKLAN SAJA.

Sejatinya, DIGITAL MARKETING itu perusahaan sedang membangun ASET Maya. Digital ASET. Maka perlakukan aset, sebagai aset. Maksimalkan iktiar pula bahwa aset yang dibangun online ini, benar benar aset bagus yang kelak bisa dipanen.

bisnis owner cara membangun tim digital marketing anjrahweb
Gambar 7: Memahat Aset Digital Marketing dengan Coba Salah yang banyak

Maka, sampai detik ini, saya pribadi lebih memilih MEMBANGUN TIM digital marketing sendiri dibandingkan menggunakan jasa.

Tidak semua pelaku jasa iklan paham betapa bernilainya data data hasil iklan, bahkan iklan yang gagal. Para pelaku jasa iklan misal diminta melaporkan, juga bisa jadi kurang paham apa saja yang harus dilaporkan.

Sedang kalau membangun tim sendiri. Kita gampang saja memainkan google spreasheet (excel lah) mengenai data data penting apa yang sebaiknya dipantau. Ke depannya, data data itu bisa dipakai sebagai jalan pertimbangan dalam rencana digital marketing di kemudian hari.

Harta Karun Yang Tak Dianggap di Dunia Online, namanya DATA!

Contoh Contoh Harta Karun di online ‘tidak terlihat’ jaman Sekarang yang sering diabaikan bisnis owner:

  • Kalau facebook, jelas data pixel. Data pixel nanti di olah jadi custom audience + Look like audience. Coba yang anda sudah sering iklan, udah berapa banyak audience pixelmu? Bagaimana kalau malah dipakai jasa iklan langganan anda suatu hari buat dia jualan sendiri / jualkan produk kompetitor yang nitip iklan ke dia? Padahal anda yang ‘membeli data pixel ini dari facebook’.
  • Google ads juga ada, formatnya data audience untuk remarketing di kemudian hari. Sudah seberapa besar audiencemu?
  • Data analitik di google analitik itu sendiri. Duh ini kalau dibedah, panjang x lebar x tinggi. Luas banget.
  • Bisa membaca visitor funnel-nya di website, efektif tidaknya landingpagenya. Apakah tombol click to whatsappnya di klik orang? Headline landingpagenya sudah bagus atau belum?

Duh kok saya bicara sampai ke sini hehehe.

Byuuuuh Jiaan… 2300 karakter pula nih artikel. Masih ada yang baca sampai sini? 😀

Baik, kembali ke topik utama saja, Kembali ke jalan yang benar. Jadi apa jawabannya Lebih Baik Membangun Tim Digital Marketing Sendiri / Pakai Jasa Iklan?

Semoga anda sudah bisa menjawabnya sendiri.

Pakailah jasa iklan dengan pantauan parameter gini dan gitu

Bangun digital marketing tim sendiri dengan alur ilmu yang gini dan gitu. Pahami betul, point point penting apa yang harus betul betul dijaga diawal, agar bisa dipanen di akhir. Pastikan ada yang mendampingimu, sosok yang berpengalaman.

Paham bagaimana tim harus melakukan riset pemasaran / iklan. Paham cara baca dan ambil kesimpulannya. Atau sementara bangun tim, sambil pakai jasa iklan.

Atau sudah terlanjur pakai jasa iklan, sambil mulai meraba dan membangun bagaimana tim digital marketing bisa efektif terbentuk di internal kita.

La terus, pie ini? 

SEMUA keputusan ada ditangan Anda :D. Kalau belum jelas, ayo obrolin aja di klaten sambil kita makan soup manten + ayam kampung goreng crispy uenaak.

Ijin urus anak anak dulu, dah waktunya mereka mandi.

Semoga ada manfaat yang dipetik. Misal ada pertanyaan dan lain sebagainya, silakan komentar saja.

Misalnya, apakah bisnis owner perlu sekolah digital marketing? Atau cukup kirim karyawannya saja buat belajar bisnis online / pemasaran online?

Wah mas, saya ini produsen. Bisnis model saya, saya mau produksi aja. Saya ndak perlu digital marketing kayaknya. Benar kah mas pendapat saya?

Dah tanyakan saja. Insya Allah saya coba jawab nanti ya. Kalau sempet, Kalau dapat wangsit nulis lagi ehhe.

Sekali lagi, apa yang saya paparkan diatas, opini pribadi saya, bisa debatable. Saya menjawab juga bukan karena salah satu profesi profesional saya sebagai coach yang spesialisasi membangun tim bisnis online.

Hanya saja, itulah yang baru bisa saya sampaikan sebatas pengalaman saya sendiri sebagai owner bisnis, hasil ketemuan saya dengan kakak kakak kelas yang jauh lebih senior di bisnis onlinenya dengan saya,  dan ya keterbatasan analisa serta ilmu saya detik ini. Semoga bisa di pahami.

Bye.

 

Coach Anjrah

Recommended Posts

7 Comments

  1. Mantab nih sharingnya mas Anjrah.

    • alhamdulillah, makasih banget ya gan sudah mampir di sini.

  2. Nyimak… Semoga ndang action ke Level berikutnya

  3. Alhamdulillah, beruntung banget aku menemukan blog sebagus ini .terima kasih ilmunya mas anjrah

  4. Kerennn….


Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *